Keberhasilan Pengembangan Bioavtur J2.4 Jadi Momentum Kemajuan Riset dan Inovasi Dalam Negeri
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Indonesia merupakan produsen terbesar kelapa sawit yang menguasai sekitar 55% pangsa pasar sawit dunia. Dibandingkan komoditas pesaing lainnya, produksi kelapa sawit lebih efisien dan produktivitas yang lebih tinggi dalam pemanfaatan lahan.
Sebagai perbandingan, untuk menghasilkan 1 ton minyak sawit hanya membutuhkan lahan 0,3 hektare, sedangkan rapeseed oil membutuhkan lahan seluas 1,3 hektare, sunflower oil seluas 1,5 hektare dan soybean oil seluas 2,2 hektare.
“Pemerintah berkomitmen untuk mendukung program B30 pada 2021 dengan target alokasi penyaluran sebesar 9,2 juta Kilo Liter. Hal ini bertujuan untuk menjaga stabilisasi harga CPO. Dengan kebijakan tersebut, target 23% bauran energi yang berasal dari Energi Baru Terbarukan pada 2025 sebagaimana ditetapkan dalam Kebijakan Energi Nasional akan dapat tercapai,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada acara “Seremonial Keberhasilan Uji Terbang dengan Bahan Bakar Campuran Bahan Bakar Bioavtur 2,4% (J2.4)” yang dilakukan secara virtual, Rabu (6/10).
Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya Pemerintah dalam mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan rendah karbon. Program B30 telah berkontribusi dalam upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) untuk sekitar 23,3 juta ton karbondioksida (CO2) pada tahun 2020. Program ini juga berdampak positif pada penghematan devisa negara dengan pengurangan impor solar sebesar kurang lebih US$8 miliar.
Menko Airlangga Hartarto juga menyampaikan arahan dari Presiden Joko Widodo bahwa keterbukaan dan kesiapan Indonesia untuk mendukung investasi dan transfer teknologi termasuk investasi untuk transisi energi melalui pembangunan biofuel, industri baterai lithium, dan implementasi dari kendaraan listrik.
Keberhasilan uji terbang bioavtur ini telah memberikan kepercayaan tinggi terhadap kemampuan Indonesia dalam memanfaatkan sumber daya domestik, khususnya minyak sawit, untuk dimanfaatkan sebagai upaya membangun kemandirian energi nasional. Melalui terobosan ini diharapkan dapat berdampak pada pengurangan ketergantungan energi dari impor, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Memperhatikan potensi pasar Bioavtur J2.4 yang dapat mencapai sekitar Rp1,1 triliun per tahun, inovasi ini perlu didukung dengan kebijakan fiskal, baik melalui kebijakan perpajakan maupun dana riset, dalam rangka peningkatan keekonomian Bioavtur J2.4 guna merealisasikan potensi ekonomi tersebut bagi pembangunan bangsa. Ke depannya diharapkan agar Bioavtur J2.4 juga dapat diujiterbangkan pada pesawat-pesawat komersial sehingga potensi pasar bahan bakar hasil inovasi anak bangsa ini dapat terus dikembangkan.
Upaya Pemerintah dalam pengembangan J2.4, keberhasilan katalis merah putih, dan keberhasilan uji terbang J2.4, merupakan momentum yang perlu dikomunikasikan dan mendapat perhatian dari semua stakeholders terkait serta masyarakat luas.
“Kita patut berbangga bahwa pagi ini kita dapat menyaksikan keberhasilan anak bangsa yang dapat mewujudkan pembuatan bioavtur atau J2.4 yang juga telah diuji terbangkan dengan menggunakan pesawat CN235-220 milik PT Dirgantara Indonesia,” tegas Airlangga.
Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi peningkatan kontribusi biofuel bagi sektor transportasi udara, penguatan ketahanan energi nasional, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Saya mengapresiasi kepada Kementerian ESDM dan seluruh pihak yang terlibat aktif dalam penyelenggaraan acara ini, dan juga tim peneliti yang beranggotakan para tenaga ahli dari ITB, PT Pertamina, PT DI, PT GMF, Kementerian Perhubungan, serta didukung oleh BPDPKS. Kolaborasi antara Perguruan Tinggi, industri dan Pemerintah yang telah diimplementasikan dengan baik sehingga menjadi momentum bagi pengembangan riset dan inovasi di dalam negeri,” pungkasnya.
Turut hadir dalam webinar tersebut yakni Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Perhubungan, Direktur Utama BPDPKS, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Direktur Utama PT Angkasa Pura, Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Direktur Utama PT GMF AeroAsia, Direktur Utama Sriwijaya Air dan Tim Uji Terbang Bioavtur ITB. (*)