Sawah Organik, Metode Petani Kota Kendari Sukses Panen 9,6 Ton
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Petani padi di kawasan Amohalo, Kelurahan Baruga, Kecamatan Baruga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, sukses menuai hasilnya. Kali ini, mereka yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) binaan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sultra berhasil memanen padinya hingga 9,6 ton. Pada panen sebelumnya, para petani hanya mampu memanen 5 ton.
Peningkatan signifikan para petani padi ini tidak lepas dari metode pengembangan sawah organik yang dikembangkan Yayasan Ansa School. Ketua Yayasan Ansa School, Nugroho Widiasmadi, yang mengembangkan metode pengembangan sawah organik ini mengklaim, para petani diuntungkan dengan biaya yang mudah dijangkau. Menurutnya, pemanfaatan pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak sapi dan urin sapi sebagai pembasmi hama tidak banyak mengeluarkan biaya.
“Fermentasi kotoran sapi dapat dipercepat dengan MA11. Jika biasanya fermentasi dilakukan hingga tiga minggu, dengan MA11 bisa dilakukan fermentasi hanya dalam sehari,” katanya dalam rilis yajg diterima Detiksultra.com, Senin (6/6/2022).
Dengan penggunaan pupuk organis, pada padi yang dihasilkan memiliki banyak keunggulan. Utamanya, menekan biaya pengeluaran, produktivitas meningkat, menyebabkan multi player efek, pertanian berkelanjutan dan tahan kekeringan serta banjir.
“Menekan biaya hingga 70 persen, karena pupuknya gratis. Jika di tempat lain sawah kekeringan akan tumbang, kami berbeda karena batangnya lebih kokoh,” imbuhnya.
Sementara itu, Pelaksana Harian KPwBI Sultra, Aryo Wibowo T Prasetyo mengatakan, Amohalo merupakan lokasi yang sangat strategis sebagai lokasi ecofarming atau sistim pertanian ramah lingkungan dan kawasan agrowisata.
“Apalagi padi alias beras penyumbang inflasi yang cukup besar di Sultra, makanya BI Sultra mendukung program yang sudah dicanangkan sebelumnya oleh pemerintah bagaimana mengembangkan digital ecofarming di Amohalo ini,” ucapnya.
Ia berharap, para petani sawah tidak hanya menghasilkan beras, tapi juga belajar berbisnis dari hasil panennya, agar para pemuda bisa tertarik.
“Karena kendala kita kurang SDM kaum milenial. Ini akan jadi masalah ke depan. Bagaimana caranya agar mereka tertarik, yah dengan memberitahukan keuntungan. Bahwa jadi petani juga bisa menopang hidup. Di luar sana malah petani banyak yang lebih sejahtera,” pintanya.
Ditempat yang sama, Ketua Gapoktan Samaendre, Arif Rante mengatakan, berkat pembinaan pengembangan sawah organik tersebut, kini produksi pertanian para petani meningkat. Para petani tentunya, banyak mengambil manfaat dari pengembangan yang dilakukan BI Sultra yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Kendari.
“Kami percaya dan kami sudah rasakan sendiri. Hasilnya 9,6 ton,” tandasnya. (bds)
Reporter: Sunarto
Editor: Wulan