Pengamat Nilai Butuh Kebijakan Hingga Komitmen Pengembangan Aspal Buton
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Pengamat Ekonomi Sultra Dr Syamsir Nur menilai, terkait dengan mengoptimalkan aspal Buton butuh kebijakan hingga komitmen pengembangan dari pemerintah. Menurutnya, komoditas ini memiliki potensi yang sangat besar namun terhambat oleh kebijakan pemerintah pusat hingga sampai pada tingkat daerah.
Jika dilihat secara historisnya mengapa penggunaan serta pemanfaatan aspal Buton ini tidak dioptimalkan karena berdasarkan hitungan bisnisnya terkait dengan high cost economic.
“Hitungan ini terkait dengan high cost economic maka kemudian kita lebih memilih impor aspal cair yang lebih murah,” ungkapnya.
Dosen UHO itu menambahkan hal tersebut dilakukan karena sepanjang hitungan bisa dilakukan efesiensi maka harga yang lebih mahal akan ditinggalkan. Olehnya itu, dalam mengoptimalkan aspal Buton perlunya kejelasan terkait kebijakan pemerintah pusat agar supaya ada perubahan kebijaka dengan memanfaatkan aspal domestik. Selain itu jika anggaran pemerintah baik pusat maupun daerah tidak mampu menunjang potensi tersebut maka yang dilakukan adalah mengajak investor.
“Kalau misalnya kemitraan yang dilakukan dengan kementerian dan investor lainnya seperti Kadin, maka hal ini merupakan salah satu upaya mengoptimalkan aspal itu,” terangnya.
Ia menambahkan, saat ini ada sedang dicanangkan Inpres terkait dengan infrastruktur jalan daerah, sehingga daerah di Indonesia yang memiliki kendala dalam pembiayaan perbaikan jalan di tingkat provinsi maupun kabupaten kota akan dibiayai oleh skema APBN.
Jika hal tersebut akan dilakukan maka aspal Buton wajib dimasukan sebagai komponen dengan memperbaiki infrastruktur jalan daerah.
“Aspal Buton ini kalau tidak salah melalui Kementerian Investasi/BKPM sudah diusulkan menjadi kawasan industri, dan ini harus dikawal baik-baik,” terangnya.
Selain itu, kebijakan pemda harus sinkron atau sejalan dengan pemerintah pusat sesuai dengan dokumen perencanaan pemerintah yang relevan dengan target nasional.
Hal lainnya yakni perlu adanya riset guna meningkatkan kualitas komoditas tersebut. Tetapi proporsi pemanfaatan aspal ini bisa digunakan dalam skala kecil terlebih dahulu. Karena dalam jangka pendek maupun menengah penggunaan aspal Buton bisa dimanfaatkan misalnya untuk jalan desa.
“Jika hitungannya ekonomis dan efisien maka bisa digunakan aspal Buton, karena ini salah satu bentuk komitmen untuk memulai mengembangkan aspal lokal,” katanya.
“Perlu dilakukan, dimulai dari skala kecil, kemudian sambil riset dalam meningkatkan kualitas maka kedepan bisa digunakan untuk skala nasional,” pungkasnya. (bds)
Reporter: Muh Ridwan Kadir
Editor: Wulan