KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Harga minyak goreng yang melambung tinggi membuat sejumlah penjual gorengan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) terpaksa menaikkan harga jual eceran karena tidak sanggup menanggung kerugian.
Berdasarkan pantauan Detiksultra.com, sejumlah penjual aneka makanan gorengan semisal pisang goreng, tahu, singkong, molen, dan lainnya biasanya dibanderol seribu rupiah per biji atau empat biji untuk lima ribu rupiah, kini menjadi Rp2.000 per biji.
Menurut pedagang, mereka terpaksa menaikkan harga meski berisiko menurunkan jumlah pembeli.
Tri, salah satu penjual gorengan di Jalan Jend. Ahmad Yani, Kecamatan Wuawua, mengatakan, kenaikan harga gorengan dipicu mahalnya harga minyak goreng yang mencapai dua kali lipat dari harga biasanya.
“Biasanya saya beli 20 liter harganya sekitar Rp100 ribu sampai Rp200 ribu. Tapi semenjak dinaikkan harganya mencapai Rp500 ribu per jerigen yang isi 20 liter,” jelasnya saat ditemui media ini, Kamis (10/3/2022).
Ia juga mengaku naiknya minyak goreng berdampak pada meningkatnya modal dagangan, bahkan ia merasa pembeli semakin berkurang, ditambah lagi tengah masa pandemi Covid-19.
“Semenjak minyak goreng naik kadang ramai kadang juga sepi yang datang membeli, dibandingkan sebelumnya,” jelasnya.
Ia berharap pemerintah kembali menurunkan harga jual minyak goreng karena akan berdampak pada perekonomian masyarakat.
“Semenjak naiknya harga minyak goreng sampai hari ini tidak ada tanda-tanda harga minyak goreng turun,” pungkasnya.
Diketahui Menteri Perdagangan menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) Minyak Goreng Sawit berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 6/2022 tanggal 26 Januari 2022.
Dengan rincian curah sebesar Rp 11.500 per liter, kemasan sederhana Rp13.500 per liter dan kemasan premium sebesar Rp14.000 per liter, yang berlaku pada 1 Februari 2022. (bds*)
Reporter: Erik Lerihardika
Editor: J. Saki