Indonesia Timur Sentrum Nikel Dunia dalam Pengembangan Mobil Listrik
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Akhir-akhir ini industri nikel ramai diperbincangkan publik. Karena semakin tingginya tren pengembangan dan penggunaan kendaraan listrik di dunia. Nikel sebagai salah satu komponen penting dalam baterai kendaraan listrik, meningkat permintaannya hingga 3,04 juta ton pada tahun 2022 yang sebelumnya sebesar 2,77 juta ton pada tahun 2021.
Fenomena ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara strategis yang dipandang dunia. Indonesia terkenal dengan komoditas nikel terbesar di dunia, baik dari sisi produksi maupun sumber dayanya.
Pada akhir tahun 2021, tercatat bahwa Indonesia telah memproduksi nikel sebesar 1 juta ton. Total sumber daya nikel Indonesia per tahun 2020 mencapai 143 juta ton nikel dengan persebarannya secara umum dominan berada di Indonesia bagian timur.
“Secara jenis, nikel yang berada di Indonesia bagian timur ini adalah tipe nikel laterit,” ujar Dosen Teknik Metalurgi ITB, Rofingatun dalam rilis yang diterima Detiksultra.com, Sabtu (1/10/2022).
Disebutkannya, banyak perusahaan penghasil nikel di Indonesia Timur, misal di Sulawesi Tenggara (Sultra) ada PT Antam UBPN, PT Macika Mada Madana (MMM) dan PT Gema Kreasi Perdana (GKP).
Di Maluku Utara ada PT Trimegah Bangun Persada (TBP), PT Gane Permai Sentosa (GPS), PT Megah Surya Pertiwi (MSP). Sulawesi Tengah, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) serta PT Sulawesi Mining Investment (SMI).
“Terakhir di Sulawesi Selatan perusahaan penghasil nikel yaknj PT Vale Indonesia, PT Ceria Nugraha Indotama (Cerindo),” sebutnya.
Menurutnya, tipe ini dapat diolah baik menggunakan teknologi pirometalurgi yang umumnya menghasilkan feronikel dan NPI maupun hidrometalurgi yang menghasilkan MHP, sehingga sentrum nikel yang dominan terpusat dan tersebar di Indonesia bagian timur bukanlah tanpa alasan. Di sana biji nikel tipe laterit terbentuk dari proses pelapukan secara mekanik dan kimiawi yang berkepanjangan dari batuan dasar ultramafik berupa peridotit sebagai pembawa unsur nikel dan umumnya terjadi di daerah tropis dan subtropis, seperti New Caledonia, Australia, Filipina, dan Indonesia.
Pembentukan endapan nikel laterit berasal dari batuan peridotit yang mengalami proses pelapukan secara terus-menerus, sehingga menghasilkan mineral-mineral baru. Pada profil lapisan bijih nikel laterit, semakin ke bawah/dasar, kandungan nikel, magnesium dan beberapa unsur lainnya semakin tinggi.
“Mengacu pada formasi batuan di Indonesia, endapan nikel laterit sebagian besar terbentang di wilayah Indonesia Timur, mulai dari Pulau Sulawesi, Provinsi Maluku Utara, dan Pulau Papua dengan sebagian kecil ada di Provinsi Maluku dan Pulau Kalimantan,” tukasnya. (bds)
Reporter: Sunarto
Editor: Wulan Subagiantoro