Budidaya Maggot, Solusi Kurangi Sampah Organik yang Bernilai Ekonomis
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sulawesi Tenggara (Sultra) terus mendorong budidaya maggot untuk mengurangi sampah organik dan memberikan nilai tambah atau mata pencaharian baru kepada masyarakat.
Manfaat dari budidaya tersebut yakni untuk mengurangi sampah organik. Hasilnya dapat dijual dan mengurangi kemiskinan ekstrem, dan membuka mata pencaharian baru masyarakat pedesaan.
Kepala DLH Sultra Andi Makawaru mengatakan, program budidaya ini akan diimplementasikan pada awal 2024 mendatang.
Dalam mendukung budidaya maggot ini, Pemprov Sultra telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp2,5 miliar untuk pengembangannya hingga sampai tahapan pemasarannya.
Katanya, lokasi pelaksanaan program nantinya akan menyasar beberapa daerah di Sultra dengan tingkat kemiskinan ekstrem untuk mengurangi angka kemiskinan.
“Sebagai solusi maka kami inisiasi budidaya maggot yang dinilai sangat efektif mengurai sampah dengan cepat. Selain itu untuk mengatasi kemiskinan ekstrem,” terangnya, Kamis (7/12/2023).
Andi menjelaskan maggot merupakan larva lalat Black Soldier Fly (BSF) yang memiliki kemampuan mengurai sampah organik dengan cepat.
Sistem budidaya akan menerapkan pola kemitraan. DLH sebagai inti pemasok bibit dalam proses fermentasi sampah organik yang kemudian akan diserahkan ke masyarakat.
“Dalam prosesnya juga telah disiapkan akses pemasaran sehingga maggot ini dapat dijual dan dapat memberi nilai ekonomis bagi masyarakat,” terangnya.
Selain itu melihat manfaat lainnya, manggot memiliki protein yang sangat tinggi dengan kandungan 40 persen adalah lemak. Sedangkan 60 persen protein.
Jika lemak ini diekstraksi maka akan menghasilkan lemak maggot dan lemaknya ini digunakan untuk kosmetik di Korea, sabun, hingga obat luka. Satu botol ukuran 100ml dihargai Rp1 juta.
“Sedangkan untuk ekstraksi proteinnya itu digunakan untuk pakan misalnya pakan unggas hingga pakan ternak,” pungkasnya. (bds)
Reporter: Muh Ridwan Kadir
Editor: Biyan