Berdayakan Kelompok Masyarakat Jadi Salah Satu Upaya BKKBN Turunkan Stunting
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Dalam upaya peningkatan pembangunan nasional, keluarga merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan, kekuatan pembangunan nasional berakar pada elemen keluarga sebagai komunitas mikro dalam masyarakat. Keluarga sejahtera dan berkualitas merupakan fondasi dasar bagi keutuhan, kekuatan dan keberlanjutan pembangunan. Profil keluarga Indonesia yang tercermin dari hasil SUPAS 2015 menunjukkan keluarga Indonesia berada dalam kondisi yang rentan.
Hal tersebut di sampaikan Kepala Perwakilan BKKBN Sultra yang diwakili oleh Sekretaris Perwakilan BKKBN Sultra, Muslimin, saat membuka kegiatan pemberdayaan kelompok masyarakat di kampung Keluarga Berkualitas (KB) di salah satu hotel di Kendari, Selasa (24/07/2024).
Muslimin menyampaikan, angka kematian ibu masih tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup, sementara angka kematian bayi Indonesia sebanyak 22 bayi per 1.000 kelahiran hidup.
Potret ini akan berpengaruh dalam pengelolaan keluarga serta pola pengasuhan yang berdampak kepada kualitas manusia.
“Oleh karena itu Program Bangga Kencana harus dapat menjangkau seluruh keluarga Indonesia, salah satunya melalui intensifikasi dan ekstensifikasi program Bangga Kencana di Kampung Keluarga Berkualitas,” terangnya.
Adapun melalui kegiatan tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penanggulangan stunting, penurunan angka kematian ibu hamil/melahirkan dan kematian bayi, menurunkan angka unmet need, kesertaan KB, serta menurunkan angka kemiskinan di Kampung Keluarga Berkualitas.
Terbitnya Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2022 tentang Optimalisasi Penyelenggaraan Kampung Keluarga Berkualitas akan memayungi upaya penguatan dan pemberdayaan institusi keluarga secara nasional.
Penguatan ini melalui integrasi dan konvergensi program pembangunan lintas sektor terkait di Kampung Keluarga Berkualitas, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, keluarga, dan masyarakat.
“Salah satu permasalahan yang menjadi fokus negara saat ini adalah tingginya prevalensi stunting anak balita,” katanya.
Presiden telah menunjuk BKKBN menjadi Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting pada tahun lalu, maka dalam rangka percepatan penurunan stunting, BKKBN menginisiasi untuk mendorong 3 terbentuknya Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) melalui sebuah pendekatan berbasis partisipasi masyarakat di Kampung KB.
Pembentukan DASHAT tersebut sebagai upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting melalui pemanfaatan sumberdaya lokal yang dapat dipadukan dengan sumberdaya/ kontribusi dari mitra lainnya.
Keterlibatan pemangku kepentingan dan mitra kerja dari organisasi nirlaba, organisasi profesi, dan dunia usaha serta mitra lainnya sangat diperlukan agar kegiatan DASHAT dapat berjalan optimal.
Peran para pemangku kepentingan dan mitra kerja secara mandiri harus diberikan kesempatan yang selebar-lebarnya agar tercipta rasa tanggungjawab dan rasa memiliki bersama atas keberhasilan DASHAT.
“Untuk itu diperlukan penguatan komitmen dan persamaan persepsi para pemangku kepentingan dan mitra kerja dalam rangka optimalisasi pengembangan DASHAT di Kampung KB,” terangnya.
Kebijakan dan program yang dilakukan berbagai institusi/lembaga dalam menurunkan stunting umumnya sudah terarah dan berkelanjutan.
“Namun demikian, proses pelayanan yang dilakukan berbagai institusi/lembaga tersebut belum terpadu,” ujarnya.
Situasi dan kondisi tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kurang maksimalnya tingkat keberhasilan kebijakan dan program yang dilakukan lembaga/institusi yang menyasar pada percepatan penurunan stunting.
“Untuk mencapai itu maka perlu upaya peningkatan kapasitas pengelolaan Kampung Keluarga Berkualitas dalam upaya penurunan stunting serta pemberdayaan kelompok masyarakat di kampung KB,” katanya.
Sebagai informasi, kegiatan pemberdayaan kelompok masyarakat di Kampung Keluarga Berkualitas (KB) ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan Kampung Keluarga Berkualitas. (kjs)