DETIKSULTRA.COM, KENDARI – Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi yang berdampak pada kenaikan bahan pokok dan sektor lainnya, mendapat perhatian semua pihak. Tidak terkecuali, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sultra, Arjaya Dwi Raya.
Arjaya mengatakan, kondisi kenaikan BBM ini merupakan jawaban pemerintah akibat menghadapi defisit anggaran dan kenaikan harga minyak dunia, serta subsidi energi yang juga melonjak sehingga mempengaruhi kondisi ekonomi maupun pengelolaan fiskal.
“Sejauh ini kondisi perekonomian Indonesia tetap stabil dengan adanya kenaikan BBM subsidi. Perbankan kita pun tetap dipercaya dapat terus menyalurkan kredit,” ungkapnya, Selasa (13/9/2022).
Bahkan, sampai saat ini target-target penyaluran kredit belum ada revisi. Ia menilai kenaikan harga BBM ini biasanya hanya efek kejut. Dua atau tiga bulan akan mencari titik equilibrium atau kesimbangan.
“Dampak pertama dari adanya kenaikan BBM ialah masyarakat atau disebut debitur. Mereka akan menyesuaikan dulu, mencari dampak dari BBM ini sampai seberapa, apakah masih bisa membayar kredit atau angsurannya,” kata Arjaya.
Ia berharap, pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan lima persen tetap bisa jalan untuk tahun 2022. Arjaya juga menuturkan, perbankan harus memberi kepercayaan diri masyarakat untuk bisa menyalurkan kredit.
“Kredit sendiri bisa dimanfaatkan masyarakat untuk tetap bisa meningkatkan produksi maupun melakukan investasi,” pungkasnya. (bds)
Reporter: Septi Syam
Editor: Wulan Subagiantoro