Statistik BPS, Tren Mahalnya Minyak Goreng “Diguling” Elpiji
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Kelangkaan dan naiknya harga penjualan minyak goreng di Sulawesi Tenggara (Sultra), ternyata kalah tren dengan penjualan elpiji.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra menyebutkan, minyak goreng berada di urutan ke 5 penyebab inflasi rata-rata untuk gabungan dua kota di Sultra yakni Kendari dan Baubau.
Andil inflasi tertinggi di Bulan Maret disumbang elpiji 12 kg sebesar 0,14 persen, disusul angkutan udara (0,11), cabe rawit (0,04), pasir (0,03) dan minyak goreng (0,03).
Kepala BPS Sultra, Agnes Widyastuti menyatakan, elpiji tertinggi inflasi gabungan dua kota, karena harganya meroket di Bulan Februari.
“Iya, elpiji tertinggi, kalau minyak goreng betul mahal dan langka, tapi sempat turun harga,” katanya (1/4/2022).
Tambah Kepala BPS, elpiji 12 kg mengalami kemahalan harga pasca pemerintah mencabut subsidinya, sehingga harganya melonjak dan bertahan dikisaran Rp200.000 per tabung.
Selain jenis elpiji, angkutan udara, cabe rawit, pasir, dan minyak goreng, penyumbang inflasi lainnya yakni pada jenis emas perhiasan, kue kering berminyak, sabun, bawang merah, dan martabak.
Gabungan rata-rata nilai deflasi-inflasi Kendari dan Baubau mencatatkan inflasi sebesar 0,17 persen, dimana statistik deflasi Maret Kota Kendari minus 0,07 persen dan Kota Baubau inflasi 0,95 persen.
Reporter: Via
Editor: J. Saki