Harga Beras di Mubar Melonjak, Diprediksi hingga Ramadan
MUNA BARAT, DETIKSULTRA.COM – Harga beras di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Muna Barat mulai melonjak naik. Para pedagang memprediksi lonjakan harga beras ini akan berlangsung hingga Ramadan.
Berdasarkan survei di lapangan untuk harga eceran tertinggi (HET) mencapai Rp16 ribu dari sebelumnya hanya Rp12 ribu per kg. Sedangkan beras per karung ukuran 50 kg naik hingga Rp800 ribu.
Salah seorang pedagang beras di Pasar Matakidi, Wa Safia mengaku kenaikan harga beras ini sudah berlangsung selama dalam dua pekan terakhir ini.
“Kenaikan harga ini sangat cepat sejak masuk bulan Februari 2024 lalu,” ujarnya ditemui di Pasar Matakidi, Senin (26/2/2024).
Pedagang lainnya, Wa Ode Afa (60) menyebut kenaikan harga beras secara bertahap dimulai dari harga Rp700 ribu, Rp720 ribu, Rp750 ribu hingga Rp800 ribu per 50 kg.
“Pada Januari masih terbilang stabil, harganya Rp600 ribu lebih per 50 kg. Setelah masuk Februari, naik hingga Rp200 ribu,” ucapnya.
Wa Ode Afa mengatakan biasanya kenaikan harga beras ini akibat stok beras yang berkurang. Namun kondisi saat ini berbeda. Apalagi stok beras disuplai dari Kota Kendari yang dikirim melalui kapal malam.
“Stok beras tidak masalah dan tidak berkurang tapi harga melambung,” ungkapnya.
Hal yang sama juga diakui salah satu pedagang lainnya, Safia. Ia mengatakan bahwa tren kenaikan harga beras ini masih berlanjut. Apalagi menghadapi bulan Ramadan.
Menurut Safia, beras yang mereka jual dipesan dan didatangkan dari Konawe Selatan (Konsel) menggunakan mobil truk dengan harga Rp700 ribu lebih sampai di pasar. Jika dijual ke konsumen lain dirinya meraup keuntungan Rp20 ribu saja per karung ukuran 50 kg.
Kata dia, dengan harga tersebut banyak masyarakat yang mengeluh karena kenaikan harga beras terbilang cepat.
Sementara itu, salah satu pedagang ayam potong asal Desa Kampobalano, Wa Ode Kaake, mengaku sangat terbebani dengan naiknya harga beras. Apalagi dengan kondisi ekonomi yang tidak jelas seperti ini.
“Setengah mati kalau naik, tidak setara dengan pendapatan. Baru saat ini setengah mati cari uang,” keluhnya.
Apalagi beras merupakan salah satu kebutuhan pokok di keluarganya, karena anak anaknya tidak bisa makan selain beras.
Ia berharap kepada pemerintah untuk membantu menstabilkan harga beras seperti yang dilakukan oleh pemerintah sebelumnya yakni membuat kebijakan agar harganya disubsidi sebagai tanggung jawab pemerintah daerah Mubar.
Sekretaris Daerah Kabupaten Muna Barat, La Ode Muhammad Husein Tali mengaku, mahalnya harga beras yang terus melambung tinggi bukan hanya terjadi di daerah Mubar namun juga terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Sebagai langkah dalam mengantisipasi lonjakan harga beras di sejumlah pasar, pihaknya saat ini sedang melakukan pembagian beras kepada warga melalui kantor pos.
Selain itu, pihaknya juga menyukseskan Rumah Pangan Kita (RPK) melalui pembagian beras guna mempertahankan stok pangan dan mengurangi beban ekonomi masyarakat terhadap dampak naiknya harga beras secara nasional
RPK ini melibatkan pihak Bulog sebagai mitra yang berperan membantu pemerintah menekan inflasi dengan cara menjual kebutuhan pokok tidak melebihi harga eceran tertinggi (HET).
Dengan adanya RPK ini kebutuhan pangan di setiap kecamatan dapat mengintervensi harga pasar dengan memberlakukan penjualan tidak melebihi di atas HET.
“Untuk meminimalisir dampak kenaikan harga beras, pemda juga saat ini sedang menyusun langkah agar segera menggelar pasar murah di setiap kecamatan guna mengurangi beban masyarakat kita di tengah lonjakan harga,” tutupnya. (bds)
Reporter: La Ode Darlan
Editor: Biyan