Dituding Tak Mendukung Acara Sunatan Massal di Kusambi, Ini Penjelasan Kadis Kesehatan Mubar
MUNA BARAT, DETIKSULTRA.COM – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Muna Barat, La Ode Mahajaya memberikan klarifikasi soal tuduhan dirinya tak mendukung acara sunatan massal yang diadakan Ikatan Alumni SMAN 1 Kusambi.
Sunatan massal tersebut merupakan rangkaian dari reuni akbar SMAN 1 Kusambi yang digelar pada 26-27 Agustus 2023.
Tuduhan tersebut berasal dari massa yang tergabung dalam Aliansi Kusambi Raya Menggugat (AKRM-Mubar).
Menurut Koordinator Lapangan, Hendro Tobing, pihaknya telah bersurat dan meminta bantuan dan rekomendasi bantuan tenaga medis (nakes) melalui Dinkes Mubar, namun panitia penyelenggara kegiatan reuni akbar tersebut tidak mendapatkan respons dan balasan atas surat yang dimasukkan di Dinkes Mubar pada 24 Agustus 2023.
Ia mengaku, dua hari sebelum pelaksanaan kegiatan sunatan massal tersebut pihaknya sudah memasukkan permohonan rekomendasi. Atas hal tersebut, pihaknya meminta agar kadis kesehatan segera dicopot dari jabatannya dan meminta DPRD segera melakukan RDP dengan Pemkab Mubar.
“Surat panitia tidak ada balasan dari pihak inkes, mereka membatalkan atau menolak kegiatan sunatan massal tersebut,” ujarnya, Kamis (31/8/2023)
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Mubar La Ode Mahajaya menjelaskan, surat panitia tentang pemberitahuan pelaksanaan kegiatan bakti sosial tertanggal 20 Agustus 2023, dan surat tersebut baru diantar pada 24 Agustus 2023, dan diterima oleh staf dinkes.
Lalu staf dinkes menyampaikan surat tersebut kepada dirinya melalui pesan WhatsApp karena saat itu ia berada di Kendari untuk mengikuti Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting yang diselenggarakan oleh BKKBN Provinsi Sultra.
“Kegiatan sunatan massal akan dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus 2023 sedangkan suratnya baru masuk tanggal 24 Agustus 2023,” sebutnya.
Karena jarak waktu yang sangat dekat, Mahajaya meminta kepada staf yang menerima surat agar menghubungi panitia sunatan untuk tidak terburu-buru melakukan kegiatan sunatan.
“Seharusnya melakukan koordinasi terlebih dahulu dua sampai tiga minggu bahkan satu bulan sebelum kegiatan dilaksanakan, agar dapat dipersiapkan dengan baik, sebab kegiatan sunatan ini adalah kegiatan operasi sehingga perlu dipersiapkan dengan matang,” jelasnya.
Ia mengaku, di hari yang sama, salah satu panitia sunatan massal, Ardin melakukan koordinasi kepadanya melalui pesan WhatsApp untuk meminta arahan terkait kegiatan sunatan massal di Kusambi, namun pihaknya menyarankan agar sebaiknya ditunda untuk melakukan persiapan terlebih dahulu karena akan mengecek lokasi kegiatan layak atau tidak.
Kemudian memastikan tenaga kesehatan (perawat) yang akan melakukan sunatan memiliki STR dan SIP dan melakukan persuratan kepada organisasi profesinya, lalu mengecek peralatan sunat (sirkum set) berapa yang tersedia, lalu memastikan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) tersedia cukup terutama obat bius untuk anestesinya yang akan dipakai.
Selanjutnya meminta kepada IDI untuk memberikan rekomendasi kepada tenaga medis yang akan melakukan kegiatan, meminta dokter ahli bedah agar bisa menjadi penanggung jawab kegiatan sunatan di lapangan.
Selain itu, meminta kesiapan puskesmas dan rumah sakit termasuk tenaga perawat yang akan melakukan perawatan sampai sembuh pasca pelaksanaan sunatan.
“Hal ini penting dilakukan jangan sampai terjadi perdarahan dan hal lainnya yang akan berakibat fatal terhadap warga yang melakukan sunat,” ungkapnya.
Walaupun pihak panitia menyampaikan bahwa kegiatan sunatan tidak bisa lagi ditunda karena sudah mereka sebarkan kepada masyarakat dan kehilangan kepercayaan, pihaknya tetap tidak berani memberikan rekomendasi.
“Kami hanya menyarankan kegiatan sunatannya ditunda agar dapat dipersiapkan dengan baik, dan kami tidak pernah melarang seperti yang mereka sampaikan,” tegasnya. (bds)
Reporter: La Ode Darlan
Editor: Biyan