Konawe Utara

Keterbatasan Tak Halangi Elsa Menjadi Pembawa Baki Bendera 17 Agustus

Dengarkan

KONAWE UTARA, DETIKSULTRA.COM – Sudah menjadi euforia di masyarakat dalam melaksanakan upacara 17 Agustus, yaitu menyaksikan para pemuda-pemudi Indonesia yang tergabung dalam paskibra untuk mengibarkan sang merah putih, tak terkecuali di Kabupaten Konawe Utara.

Antusiasme masyarakat Kabupaten Konawe Utara dalam menyaksikan upacara tersebut sangat tinggi, dikarenakan penampilan paskibra adalah puncak yang dinanti kebanyakan masyarakat dalam kegiatan tersebut.

Berdasarkan pengakuan pelatih Paskibraka Konawe Utara, Bripka Sahirman, mayoritas anak-anak yang masuk pada barisan tersebut berasal dari keluarga yang berprofesi sebagai petani di daerah Oheo, termasuk pembawa baki bendera merah putih atas nama Elsa (17) yang berasal dari SMA Negeri 1 Oheo.

“Untuk pembawa baki bendera itu orang tuanya berprofesi sebagai petani dan ia merupakan purna paskibra yang telah dua kali lolos seleksi di tahun 2018 dan di tahun ini 2019,” jelas Bripka Sahirman, Sabtu (17/8/2019).

Sementara itu, Elsa mengaku, hal tersebut menjadi suatu kebanggaan baginya, baik untuk orangtua, sekolah dan kampung halamannya. Apalagi dirinya telah 2 kali terpilih menjadi pembawa baki bendera merah putih.

“Saya bangga bisa mengibarkan sang merah putih apalagi disaksikan oleh banyak orang dan juga Bapak Bupati sendiri, apalagi tidak semua siswa bisa menjadi pembawa baki untuk kegiatan paskibraka,” ungkapnya.

Jelasnya lagi, untuk memperoleh posisi menjadi tim inti sebagai pembawa baki dalam barisan paskibra Kabupaten Konawe Utara, dirinya harus bersaing dengan 12 orang lainnya.

Elsa dikenal sebagai anak yang bertekad kuat dan tekun oleh teman-teman di sekitarnya saat mengikuti latihan.

Terbukti hal tersebut terjadi ketika seleksi tahap akhir, dirinya sempat jatuh sakit dan hampir gagal mengikuti seleksi di GOR yang dilaksanakan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Konawe Utara.

“Untuk sampai pada posisi ini, saya harus berjuang karena banyak sekolah se-Kabupaten Konawe Utara, dan pada saat seleksi juga saya sempat sakit akan tetapi niat saya untuk membanggakan keluarga, sekolah maupun kecamatan tidak menyurutkan semangat saya untuk terus maju,” ungkapnya lagi.

Terkait profesi orangtuanya, Elsa mengaku bahwa, ayah dan ibunya adalah seorang petani yang tinggal di daerah Oheo, dimana daerah tersebut merupakan daerah pegunungan yang terkenal akan hasil pertaniannya.

“Jadi sebelumnya saya juga sempat kewalahan untuk informasi-informasi mengenai pelatihan paskibra ketika berada di rumah karena mungkin kedua orang tua saya tidak memiliki handphone dan kondisi signal jaringan handphone di kampung saya kurang baik. Akan tetapi mungkin karena bantuan pelatih dan guru, saya sampai sekarang dapat mempersiapkan diri dengan baik,” ujarnya.

Selain itu dirinya pun sempat menghawatirkan tranportasi selama pelatihan dikarenakan jarak tempuh tempat latihan dan daerahnya terbilang sangat jauh yaitu 16 km.

Apalagi mengingat kondisi keluarganya yang berprofesi sebagai petani jelas memberatkan dirinya untuk bolak-balik ke tempat pelatihan.

“Untuk transportasi sendiripun saya sempat khawatir apalagi jaraknya jauh dan itu pasti memberatkan orang tua saya dalam membiayai transportasi selama 2 bulan lebih dan hampir setiap hari latihan. Tapi karena bantuan Pemda dan peran serta bupati Pak Ruksamin, sehingga kami tidak terkendala apapun selama pelatihan,” bebernya.

Reporter: Gery
Editor: Rani

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button