Pentingnya Pemberian Imunisasi dan ASI untuk Tangani Stunting
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Sebagai upaya penanganan kasus stunting Dinas Kesehatan Kota Kendari menghimbau kepada masyarakat untuk memberikan imunisasi lengkap serta ASI eksklusif kepada anak. Kepala Dinas Kesehatan Kendari, Rahminingrum menuturkan, dalam penanganan kasus stunting, hal yang perlu diperhatikan ialah pemberian imunisasi lengkap kepada anak dalam hal ini bayi, balita dan anak usia sekolah.
“Sangat disayangkan jika generasi penerus kita ini tidak mendapatkan kekebalan tubuh yang memang jadi haknya,” ucapnya pada rapat evaluasi penanganan kasus stunting di salah satu hotel di Kendari, Senin (31/7/2023).
Setelah Pandemi Covid-19, banyak orang dewasa bahkan anak-anak mendapatkan imunisasi dan vaksin. Namun imunisasi sangatlah penting bagi tumbuh kembang anak dan balita.
Tidak hanya itu, untuk mencegah stunting, pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pun sangat penting. Dimana dari sembilan indikator stunting cakupan bayi usia kurang dari enam bulan perlu mendapat ASI eksklusif.
“Terlebih memaksimalkan ASI di hari pertama pasca melahirkan, karena kolostrum yang diperlukan bagi bayi ada pada ASI terutama di hari-hari pertama. Jika mau beli vitamin yang mengandung kolostrum itu sangat mahal harganya, sementara ASI memiliki nutrisi lengkap,” tutur Rahmi.
Ia pun berharap bagi pimpinan institusi dan organisasi untuk memberikan keleluasan bagi ibu untuk bisa memberi ASI kepada anaknya di jam-jam tertentu, serta menyediakan ruang laktasi. Diketahui berdasarkan data saat ini, bayi yang menerima ASI eksklusif baru mencapai 68 persen.
“Sementara anak balita yang dipantau tumbuh kembangnya, kesulitannya ialah setelah sembilan bulan yang sudah mendapat imunisasi campak. Ibu bayi atau balita tidak lagi membawa anaknya kembali ke posyandu,” tuturnya.
Tidak hanya bayi dan balita, Dinkes Kendari pun memberi perhatian lebih terkait perkembangan para remaja khususnya remaja putri.
“Perlu diketahui, pentingnya mengkonsumsi tablet penambah darah terutama kalangan remaja putri,” katanya.
Terkait remaja, pihaknya perlu perlu berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikmudora) Kendari. Mengingat remaja putri hampir 100 persen berada di usia sekolah yakni tingkat SMP.
Ia menjelaskan, terkait skrining anemia pada remaja putri tahun 2022, pelaksanaan skrining masih terbatas karena proporsi ketersediaan alat dan bahan (HB meter dan strip) dan jumlah remaja putri di Kendari masih sangat tidak sesuai.
Sementara rencana di tahun 2023 ini, pelaksanaan skrining anemia akan dilaksanakan secara serentak pada kegiatan penjaringan siswa baru bagi kelas 7 dan 10 bulan Juli-Oktober. Ketersediaan alat dan bahan mencukupi.
Sebelumnya, Pj Wali Kota Kendari, Asmawa Tosepu telah mengingatkan, jajaran Pemkot Kendari bersama Forkopimda terkait penanganan stunting.
Ia menyebut, Kota Kendari memiliki angka prevalensi balita stunting terendah di Sulawesi Tenggara (Sultra) yaitu 19,5 persen.
Jumlah ini kata dia, bisa terus diturunkan dengan gerakan orang tua asuh dan berharap dapat mempercepat penurunan angka stunting di Kota Kendari.
Pihaknya pun telah memberikan nama-nama orang tua asuh untuk bertanggungjawab dalam wilayahnya masing-masing.
Diketahui, terdapat 107 balita/baduta serta 111 ibu hamil yang masuk daftar dalam rangka penanganan angka stunting tahun 2023.
Sebagai informasi, rapat evaluasi penanganan kasus stunting semester I tahun 2023 oleh Pemkot Kendari melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan KB dilakukan bersama BKKBN Sultra. (ADV)