Lahan Mangrove di Sultra Tercatat Seluas 94 Ribu Hektar, Terluas di Butur
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Dinas Kehutanan Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat luas lahan mangrove di wilayah Sultra secara keseluruhan seluas 94.607,04 hektare. Luas lahan tersebut berdasarkan data terbaru Peta Mangrove Nasional (PMN) yang dirilis oleh Badan Restorasi Gambut dan Rehabilitasi Mangrove (BRGM) tahun 2022.
Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, Dinas Kehutanan Sultra, La Ode Yulardhi mengatakan, berdasarkan data tersebut, terbagi menjadi dua kategori yakni dipertahankan dan rehabilitasi.
“Berdasarkan data yang ada luas lahan mangrove yang dipertahankan seluas 66.147,72 hektare dan untuk kategori yang perlu direhabilitasi seluas 28.459,32 hektare,” katanya di ruangannya, Jumat (26/01/2024).
Berdasarkan data tersebut lahan mangrove terluas yang perlu dipertahankan berada di Kabupaten Buton Utara yakni 14.602,49 hektare, disusul Konawe Selatan (Konsel) dengan luas 12.754,43 hektare, Muna seluas 8.326,65 hektare.
Selanjutnya, Muna Barat seluas 8.095,62 hektare, Bombana 7.032,37 hektare, Konawe Utara 5.047,25 hektare, Buton 4.088,83 hektare, Konawe Kepulauan 1.903,41 hektare, Buton Tengah 1.002,00 hektare, Wakatobi 838,29 hektare.
Luas lahan berikutnya ada di Kabupaten Kolaka 765,39 hektare, Kolaka Utara 695,32 hektare, Konawe 403,57 hektare, Kendari 310,26 hektare, Baubau 236,67 hektare, dan Buton Selatan 45,17 hektare.
“Luas lahan ini dilihat dari kerapatan tajuk yang terbagi menjadi tiga yaitu jarang, sedang dan rapat, artinya tumbuhnya mangrove tersebut ada yang jarang-jarang hingga ada yang lebat,” terangnya.
Sedangkan untuk lahan mangrove yang terluas yang perlu di rehabilitasi berada di Konsel yakni 5.904,82 hektare, Bombana 5.391,29 hektare, Kolaka 3.987,44 hektare, Kolut 3.565,11 hektare, Muna 2.786,73 hektare, Konawe 2.557,93 hektare.
Kemudian Konut 1.771,70 hektare, Mubar 1.277,97 hektare, Butur 681,47 hektare, Kendari 217,70 hektare, Buteng 201,49 hektare, Busel 31,40 hektare, Baubau 29,20 hektare, Konkep 26,25 hektare, Wakatobi 14,99 hektare, dan Buton 13,81 hektare.
“Lahan yang direhabilitasi ini dilihat dari area yang terabrasi, lahan terbuka, mangrove terabrasi, non mangrove, tambak, dan tanah timbul,” ujarnya.
Yulardhi mengatakan lahan tambak yang paling sulit untuk dilakukan rehabilitasi sebab harus adanya pendekatan kepada masyarakat yang memiliki tambak. (bds)
Reporter: Muh Ridwan Kadir
Editor: Wulan