Politik

Gunakan Tronton Saat Sosialisasi Pemilu, KPU Sultra Dianggap Buang-buang Anggaran

Dengarkan

KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Beberapa waktu lalu, KPU Sultra menggelar sosialisasi pemilu mengelilingi Kota Kendari dan sebagian wilayah Konawe dengan cara yang unik yakni menggunakan mobil tronton.

Cara unik ini banyak yang menilai positif dan tak sedikit yang menilai negatif. Rahmat Karno, pemerhati pemilu, menilai, sosialisasi pemilu model seperti ini harusnya tidak dilakukan.

Menurutnya, KPU Sultra memiliki banyak metode sosialisasi yang efektif, ketimbang pemborosan anggaran. Justru bersosialisasi dengan cara seperti ini, menganggu arus lalu lintas dan pengguna jalan.

[artikel number=3 tag=”pemilu,kpu,” ]

“Masyarakat tidak mendapatkan apa-apa dengan metode begini. Justru kedongkolan. Adakah orang dongkol bisa menerima ceramah jalanan? Lagipula hari pelaksanaanya juga tidak tepat karena hari Jumat yang mengganggu persiapan ibadah jumatan,” ungkapnya.

Justru kata dia, lebih efektif dan hemat jika KPU melakukan sosialisasi dengan menggandeng media dan bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat untuk bersosialisasi terkait teknis dan menekan angka Golput.

“Pinjam kendaraan Kominfo lalu masuk lorong, keluar lorong dan lihat waktu di luar jam sholat, himbau masyarakat di sana. Bukan bergaya parlemen jalanan label KPU,” tuturnya.

Seharusnya, tambahnya, KPU fokus bagaimana cara meningkatkan sosialisasi dan penyebaran informasi teknis pencoblosan di tempat pemungutan suara (TPS), sehingga diharapkan masyarakat memiliki semangat untuk datang ke TPS menggunakan hak pilihnya,” jelasnya.

Ia menilai, program yang dijalankan oleh KPU Sultra untuk meningkatkan partisipasi pemilih sangat nihil.

Padahal, lanjutnya, ada Relawan Demokrasi (Relasi) yang baru dibentuk namun faktanya kegiatan Relasi hingga saat ini belum berjalan dengan baik dan tidak menyentuh ke seluruh lapisan masyarakat terutama petani, nelayan, buruh, karyawan, PNS, padahal mereka memiliki keinginan memilih cukup tinggi.

“Sangat disayangkan apabila keinginan memilih masyarakat tidak dibarengi dengan pengetahuan teknis pencoblosan di TPS, sehingga bisa saja mereka melakukan kesalahan dalam pencoblosan surat suara dan suara mereka dianggap tidak sah. Sebaiknya, sosialisasi pemilu menekankan tentang pentingnya pemilu bagi masyarakat, dan fokus meminimalisasi money politics yang merebak saat ini,” urainya.

Sehingga dia mengharapkan, untuk memanfaatkan waktu yang hanya tersisa kurang lebih satu bulan ini, KPU harus lebih gencar dan intensif dalam mensosialisasikan pemilu kepada masyarakat khususnya ke pemilih pemula.

“Karena masih ada yang belum paham apa arti sebuah suara yang akan diberikan dalam pemilu,” tutupnya.

Reporter: Sunarto
Editor: Rani

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button