Metro Kendari

Delapan Nama Digadang-gadang Tarung Pilgub Sultra 2024

Dengarkan

KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Pemilihan gubernur (pilgub) bakal digelar secara serentak di 34 provinsi, bersamaan dengan pemilihan umum (pemilu), pemilihan presiden (pilpres), pemilihan bupati dan wali kota (pilbup-pilwali) pada 2024 mendatang.

Di Sulawesi Tenggara (Sultra), meski masih tiga tahun lagi pelaksanaan pesta demokrasi lima tahunan ini dihelat, tetapi sudah ada beberapa figur yang santer dikabarkan akan maju Pilgub Sultra 2024.

Pengamat Politik Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari Najib Husain mengatakan, setidaknya dalam catatannya ada delapan nama yang berpotensi maju bertarung.

“Pak Lukman, Kery, Ridwan Bae, Hugua, Rusda Mahmud, Tina Nur Alam, Andi Sumangerukka dan Idham Aziz,” sebut dia kepada Detiksultra.com, Minggu (7/3/2021).

Menurut Najib Husain, untuk maju dalam kontestasi politik tidak hanya sekadar mengandalkan nama besar, melainkan ada tiga aspek yang dijadikan indikator yakni popularitas, akseptabilitas dan elektabilitas. Ketiga hal ini harus berjalan beriringan.

Pertama, Lukman Abunawas, dari segi popularitas tidak dapat ragukan lagi. Hal itu tak terlepas dari posisi dirinya yang pernah menjabat sebagai Sekda Sultra di era Gubernur Nur Alam, Bupati Konawe dua periode, teranyar saat ini sebagai orang nomor dua di Bumi Anoa (Wakil Gubernur Sultra).

Tentunya, hal di atas dapat membantu meningkatkan akseptabilitas pemilih yang  memberikan penilaian rasa suka dengan Lukman Abunawas sebagai birokrat tulen dengan segudang prestasi.

Dengan dua indikator yang cukup kuat menjadi modal untuk memanfaatkan masa waktu dua tahun lebih guna meningkatkan elektabilitas.

Jika kemudian PDIP mendukung calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres) yang merupakan figur yang disukai oleh masyarakat maka secara signifikan akan juga mendongkrak elektabilitas Lukman.

Namun ada ujian yang harus dilalui oleh mantan Sekda Sultra itu, yakni uji akuntabilitas apakah dia dalam menjalankan tugas sebagai Wakil Gubernur Sultra memberikan kepuasaaan pemilih dengan karyanya.

Secara bersamaan, Lukman juga harus menjalankan perannya sebagai Ketua DPD PDIP Sultra. Ia perlu membuktikan bahwa selama kepemimpinannya, PDIP maju di Sultra dan prestasi 2020 menjadi modal penting sebagai partai yang paling banyak meloloskan calon di tujuh kabupaten yang menggelar Pilkada 2020.

“Maka peluang untuk menjadi calon di Pilgub 2020 sangat terbuka lebar,” kata dia.

Kedua, Kery Saiful Kongoasa saat ini menjabat sebagai Bupati Konawe, berjalan dua periode (2013-2018) dan (2018-2023). Kata Najib, selama Pilkada 2020, ia turut andil dalam memberikan dukungan kepada calon, baik yang didukung oleh PAN maupun tidak.

Ini dilakukannya, karena posisi Kery Saiful Kongoasa untuk mendapatkan pintu PAN masih akan mendapatkan perlawanan ketat dengan Ketua DPW PAN Sultra saat ini.

Sehingga harus punya kontribusi bukan hanya pada PAN sebagai upaya mendapatkan dukungan dengan partai lain. Dan hal ini akan memberikan pengaruh signifikan pada popularitas dan aksepsltabilitas Kery yang masih rendah pada wilayah kepulauan.

“Jika kery terus bekerja maka akan berpengaruh juga pada tingkat elektabilitas mendapatkan dukungan partai untuk maju di pilgub,” sebut dia.

Ketiga, Ridwan Bae. Siapa yang tak kenal sesosok figur nasional dan mantan Bupati Muna dua periode. Sehingga indikator popularitas tidak perlu diragukan lagi.

Terbukti, suara Ridwan Bae pada saat calon menuju senayan, buka hanya pada wilayah kepulauan khususnya di Muna, namun ia bisa juga mendapatkan suara yang signifikan di daratan, yang merupakan jawaban bagi akseptabilitas Ridwan Bae di masyarakat.

“Golkar sebagai kendaraan politik Pak Ridwan, menjadi modal besar untuk bisa mendapatkan peluang berkoalisi dengan partai lain, apalagi jika Airlangga bisa lolos menjadi capres atau cawapres di 2024 maka akan menambah  presentase elektabilitas sebagai cagub 2024,” ungkapnya.

“Tinggal sekarang bagaimana karya nyata ditunjukkan selama menjadi legislator di senayan untuk kontribusi di daerah,” sambung Najib.

Keempat, ada nama Tina Nur Alam, istri mantan Gubernur Sultra dua periode, Nur Alam.

Najib bilang, sebagai istri mantan Gubernur Nur Alam, posisi anggota DPR RI ini agak dilematis. Sebab, di satu sisi, akan menambah elektabilitas, namun disisi lain bisa menurunkan elektabilitas.

Sehingga jika Tina Nur Alam akan maju untuk Pilgub 2024 harus dapat keluar  dari bayang-bayang Nur Alam. Ia harus berani menunjukkan diri sebagai tokoh perempuan Sultra dan tentunya selaku legislator perempuan dari Partai Nasdem.

“Dengan cara ini maka suara-suara perempuan yang jumlahnya sangat signifikan dapat dijadikan sebagai modal awal. Jika mampu memperlihatkan kinerja selama menjadi salah satu wakil rakyat Sultra di Senayan maka bisa menjadi cagub perempuan pertama di Sultra,” terangnya.

Kelima, ada nama Hugua yang tak lain adalah mantan peserta Pilgub 2018 lalu, mendampingi Asrun.

Menurut Najib, pengalaman sebagai Bupati Wakatobi dua periode, tidak diragukan lagi dengan berbagai karya baik nasional maupun internasional, dan hal itu dibuktikan terpilihnya sebagai legislator di Senayan.

Isu pemekaran menjadi modal besar bagi Hugua untuk bisa menaikkan elektabilitas dengan modal basis suara di 2018 sebagai calon wakil Gubernur Sultra.

“Bisa dijadikan sebagai kekuatan awal  dengan tetap berbuat untuk daerah sebagai  legislator Senayan. Walaupun harus bersaing dengan Pa Lukman untuk bisa mendapatkan dukungan yang sangat berarti  dalam meningkatkan elektabilitas yaitu dukungan PDIP,” tutur dia.

Keenam, Rusda Mahmud yang diketahui juga merupakan calon Gubernur Sultra pada tahun 2018 lalu.

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UHO ini bilang, Rusda Mahmud juga masih memiliki peluang besar untuk maju pada Pilgub Sultra 2024 mendatang.

Pengalamannya sebagai Bupati Kolaka Utara (Kolut) dua periode dan basis suara yang loyal untuk wilayah Kolaka Raya akan menjadi kekutan yang sangat signifikan.

“Semoga dukungan partai dapat membantu elektabilitas  dan tidak menurunkan elektabilitas dengan konflik Demokrat yang bisa jadi berkepanjangan dan akan menimbulkan dualisme baik di pusat maupun di daerah,” jelas Najib.

Ketujuh, nama Pangdam Hasanuddin, Andi Sumangerukka, yang turut dikait-kaitkan dalam perebutan kursi nomor wahid di Bumi Anoa.

Pengalaman di militer tidak bisa dipandang sebelah mata, mengingat medan yang berat telah dihadapi selama ini. Perbedaan dari calon yang lain karena tidak punya pengalaman sebagai pemimpin di daerah.

Untuk itu, waktu yang masih tiga tahun lagi, bisa dimanfaatkan Andi Sumangerukka untuk bekerja, perihal meningkatkan elektablitas dengan kepandaian dalam memilih pasangan yang dapat menutup kelemahan sebagai pemimpin birokrasi pemerinthan daerah.

“Peluang untuk bisa bertarung pada pilgub mendatang sangat terbuka lebar dengan mengandalkan efek pilpres jika tetap Prabowo maju melalui Partai Gerindra,” imbuhnya.

Terkahir, Mantan Kapolri, Idham Aziz, diisukan bakal ikut bertarung. Untuk popularitas, kata Najib tak dapat diragukan lagi. Hanya aktivitas di luar yang lebih banyak menyebabkan, Idham Aziz perlu kerja keras untuk mendapatkan dukungan masyarakat dan partai.

“Di luar nama-nama di atas, masih ada peluang muncul calon lain, misalnya Abdurahman Saleh, ataupun calon independen. Masih banyak waktu akan kehadiran calon-calon baru,” sebut dia.

“Utamanya, Pilgub 2024 sangat dipengaruhi oleh figur yang tampil sebagai presiden dan wakil presiden,” tandasnya.

Reporter: Sunarto
Editor: J. Saki

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button