Perang antara Ukraina dan Rusia membuat situasi pangan dunia terdistrupsi yang diakibatkan oleh adanya dual hal yang paling dominan. Pertama, terjadinya pandemi Covid-19 dan yang kedua, adanya pengan antara Ukraina dan Rusia.
Pertama: situasi perang dan konflik dapat mempengaruhi ketersediaan dan aksesibilitas pangan di suatu wilayah. Konflik dapat membunuh petani, merusak infrastruktur pertanian dan jalur distribusi pangan, serta membuat pasokan pangan menjadi tidak stabil. Selain itu, perang dan konflik dapat memicu pengungsian masal, yang dapat menyebabkan hambatan dalam mendapatkan makanan dan air bersih.
Dalam konflik antara Ukraina dan Rusia, situasi pangan mungkin terpengaruh oleh keterbatasan akses ke daerah tersebut, keterbatasan sumber daya, dan keterbatasan mobilitas. Hal ini dapat menyebabkan keterbatasan pasokan pangan dan meningkatnya harga pangan, yang dapat mempengaruhi aksesibilitas pangan bagi masyarakat setempat.
Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) dan organisasi bantuan lainnya telah berupaya untuk membantu masyarakat yang terkena dampak konflik dengan memfasilitasi program pangan dan bantuan gizi. Namun upaya ini mungkin terhambat oleh keterbatasan akses dan sumber daya.
Secara umum, situasi pangan di seluruh dunia sangat tergantung pada faktor seperti kondisi iklim, produktivitas pertanian, dan stabilitas politik. Konflik dan perang dapat memiliki dampak negatif pada situasi pangan, dan penting bagi dunia untuk terus berupaya untuk memastikan ketersediaan dan aksesibilitas pangan yang baik bagi semua orang.
Solusi apa yang harus di lakukan negara lain untuk menghadapi krisis ini? Untuk mengatasi krisis pangan yang terjadi akibat konflik atau perang, beberapa solusi yang dapat dilakukan oleh negara lain meliputi:
Solusi yang efektif untuk mengatasi krisis pangan sangat tergantung pada konteks dan kondisi setempat. Negara lain harus bekerja sama dan bekerja dengan pemerintah setempat dan organisasi bantuan untuk memastikan bahwa solusi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan setempat dan memastikan efektivitas program bantuan pangan.
Kedua: Pasca Covid 19 hampir semua negara masih merecoveri potensi pangan dalam negerinya. Pandemi Covid-19 memiliki dampak besar pada sektor pangan dan pertanian di seluruh dunia. Beberapa negara mengalami keterbatasan pasokan pangan karena hambatan dalam proses produksi dan distribusi, serta pembatasan perjalanan dan penutupan pasar. Ini dapat menyebabkan kenaikan harga pangan dan memperparah masalah kelaparan dan ketidakstabilan pangan bagi beberapa masyarakat.
Setelah pandemi, beberapa negara sedang berusaha untuk merecoveri potensi pangan dalam negerinya dengan cara memperkuat sistem pertanian, memfasilitasi pasokan pangan yang stabil, dan meningkatkan aksesibilitas pangan bagi masyarakat. Beberapa negara juga berupaya untuk memperkuat sistem pangan nasional dan internasional, memastikan ketersediaan pangan yang baik dan memastikan bahwa semua orang memiliki akses yang cukup terhadap makanan bergizi.
Namun, meskipun beberapa negara sedang berusaha untuk merecoveri potensi pangan dalam negerinya, masih ada beberapa negara yang masih mengalami keterbatasan dalam hal ketersediaan pangan dan aksesibilitas pangan. Oleh karena itu, masih perlu upaya yang berkelanjutan dan kerja sama internasional untuk memastikan bahwa semua orang memiliki akses yang cukup terhadap makanan bergizi dan mengatasi masalah kelaparan dan ketidakstabilan pangan.
Apa Solusi Jangka Pendek?
Untuk mengatasi masalah kelaparan dan ketidakstabilan pangan dalam jangka pendek, beberapa solusi jangka pendek yang dapat dilakukan meliputi:
Solusi jangka pendek sangat penting untuk memastikan bahwa masyarakat memiliki akses yang cukup terhadap makanan bergizi dan mengatasi masalah kelaparan dan ketidakstabilan pangan dalam jangka pendek. Namun, solusi jangka pendek harus diikuti dengan solusi jangka panjang untuk memastikan bahwa masalah kelaparan dan ketidakstabilan pangan dapat dikendalikan secara berkelanjutan. (DRLAKAI)
Oleh: Lakai