Categories: Metro Kendari

Faktor Keamanan dan Kenyamanan Investor Jadi Pemicu Merosotnya Nilai Investasi di Sultra

Share
Dengarkan

KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayan Terpadu Satu dan Pintu (DPM-PTSP) Sulawesi Tenggara (Sultra), Parinringi mengaku terjadi kemerosotan atau penurunan nilai investasi di Sultra untuk dua tahun terakhir.

Dia mencatat, dibandingkan periode 2018 sampai dengan 2021, angka investasi di Sultra terus menanjak naik, hingga tembus Rp21 triliun. Sedangkan, periode 2023, nilai investasi yang masuk di Sultra hanya Rp14 triliun, jauh dari target yang dibebankan pemerintah pusat.

“Dari Rp21 triliun angka investasi periode sebelumnya, di tahun 2023 kita hanya mendapatkan Rp14 triliun,” ujar Parinringi saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (17/7/2024).

Parinringi menyebut, target nasional yang pihaknya harapkan meningkatkan nilai investasi dari tahun-tahun sebelumnya, ternyata terkendala di beberapa hal. Salah satunya, perizinan-perizinan dasar seperti izin lingkungan hidup, tata ruang, yang sebelumnya belum dituntaskan oleh perusahaan yang ingin menamkan modal di Sultra.

Namun, kabar baiknya tiga perusahaan, yakni PT Ceria Nugraha, PT Vale Indonesia, dan PT Indonesia Pomala Industrial Park (IPIP) telah menyelesaikan syarat teknis, dan sementara berprogres.

Olehnya itu, dengan hadirnya tiga perusahaan ini yang nantinya berinvestasi mendirikan smelter ore nikel, mampu mengembalikan peningkatan investasi yang sebelumnya diperoleh Sultra.

Hal lainnya, lanjut Pj Bupati Buton Selatan (Busel) ini, mengatakan pemicu terjadinya penurunan investasi karena intensitas kegiatan di bidang industri ore nikel mulai berkurang.

Utamanya tidak ada lagi progres pembangunan infrastruktur PT Virtu Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS). Yang mana kedua perusahaan tersebut, saat ini lebih fokus pada proses produksi.

“Salah satu yang jadi pemicu turunya pertumbuhan investasi di Sultra, karena faktor keamanan dan kenyamanan. Faktor ini sangat berdampak pada aktivitas perusahaan industri,” tuturnya.

Ia mengungkapkan, faktor kondisi keamanan menjadi salah satu komponen penting investasi akan tumbuh atau lambatnya di suatu daerah. Sebab, ketika suatu daerah itu aman, tentu investor akan merasa nyaman untuk berinvestasi.

“Begitu juga sebaliknya, maka investor tidak berani, dan akan penuh pertimbangan,” katanya.

Dengan demikian, ia menambahkan, demi kepentingan daerah dan masyarakat, tentu faktor keamanan menjadi tugas seluruh pihak, termasuk masyarakat untuk meminimalisir terjadinya riak-riak, guna memberikan rasa aman terhadap investor.

“Sehingga para investor berani berinvestasi di daerah kita. Caranya, ya tentu koordinasi dengan semua pihak antara pemerintah, masyarakat untuk duduk bersama dan cari jalan terbaik untuk penyelesaian terkait masalah yang ada,” pungkasnya. (bds)

Reporter: Sunarto
Editor: Biyan

Komentar