Opini

Menakar Kesejahteraan Petani Di Masa Pandemi

Dengarkan

Pandemi COVID-19 yang berkepanjangan semakin memukul pendapatan petani. Kebijakan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat mempengaruhi harga komoditas pertanian di tingkat petani dan konsumen akhir. Namun secara mengejutkan, Badan Pusat Statistik mengumumkan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) bulan Juli 2021 mencapai 100,98. Dalam 5 tahun terakhir, angka ini merupakan capaian tertinggi.

Nilai tukar petani merupakan indikator yang menunjukkan daya tukar dari nilai produk pertanian yang dihasilkan dengan biaya produksi dan barang/jasa yang dikonsumsi oleh petani. NTP lebih dari 100, memiliki arti bahwa petani mengalami kenaikan dalam hal perdagangan ketika tingkat rata-rata harga yang diterima mengalami kenaikan lebih cepat daripada tingkat rata-rata harga yang dibayarkan terhadap tahun dasar. Capaian NTP diatas 100 merupakan kondisi yang positif, tetapi sangat jarang terjadi di Sulawesi Tenggara. Terakhir kali NTP Sulawesi Tenggara berada di angka 100 atau lebih terjadi pada bulan September 2016 dengan posisi angka 100,15.

Sekedar berbagi, NTP merupakan perbandingan antara Indeks Harga yang diterima petani dengan Indeks Harga yang dibayar petani dikalikan 100. Nilai NTP terbentuk oleh Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib). Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sendiri disusun oleh 2 kelompok yaitu Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Moda (BPPBM). Dalam hal ini indeks dapat didefinisikan sebagai persentase perubahan/pergerakan harga antar waktu. Apabila Ib difokuskan pada BPPBM, dengan formula It dibandingkan dengan Ib dari BPPBM dikalikan 100, maka akan menghasilkan Nilai Tukar Usaha Petani yang berguna untuk mengukur daya daya tukar nilai produk pertanian dengan biaya produksinya.

Namun demikian jika kita melihat kontruksi NTP 100,98 maka akan tampak bahwa Indeks Harga yang Diterima Petani (It) berada pada posisi 108,03 dan Indeks Harga Dibayar Petani (Ib) berada pada posisi 106,98. Baik It maupun Ib sepanjang 2021 ini merupakan angka tertinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa, meskipun NTP lebih dari 100 di mana petani mengalami kenaikan dalam hal perdagangan, ternyata It dan Ib nya juga mengalami kenaikan. Kondisi ini semakin menunjukkan bahwa sektor pertanian memang cukup tangguh meskipun dalam masa pandemik COVID-19.

Indeks yang diterima petani dapat menggambarkan perkembangan harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani, indeks ini digunakan sebagai data penunjang dalam penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB)/Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian. Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dapat menggambarkan perkembangan harga barang/jasa yang dikonsumsi oleh petani. Di Indonesia petani merupakan bagian terbesar dari masyarakat di wilayah pedesaan. Sehingga IKRT dapat digunakan sebagai proxy inflasi perdesaan.

Membantu Petani

Sektor pertanian yang dicakup dalam NTP meliputi 5 subsektor yaitu, subsektor tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan perikanan. Secara keseluruhan, sektor pertanian bersifat musiman. Hal ini menyebabkan perubahan NTP, termasuk komponen penyusunnya. Maka tidak heran jika nilai NTP menjadi sangat dinamis di setiap bulan begitupula dengan fenomena pendukungnya. Sebagaimana rilis BPS 1 September, bahwa NTP Agustus turun kembali pada posisi 99,87.

Pemerintah sebagai pemegang peran fungsi pembangunan, telah dan terus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Sebagai negara berkembang, Indonesia harus mengambil porsi besar dalam melaksanakan fungsi pembangunan. Program-progam peningkatan kesejahteraan petani antara lain pemenuhan prasarana dan sarana pertanian yang sesuai kebutuhan seperti jaringan irigasi dan/atau drainase, akses pembiayaan, dan perlindungan usaha pertanian telah dilakukan.

Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, konsep, dan pengukurannya sangatlah kompleks. Saat ini, NTP merupakan salah satu komponen yang dapat untuk mengukur kesejahteraan masyarakat, khususnya petani perdesaan. Hal ini menjadikan angka NTP dan komponen penyusunnya sangat perlu untuk dicermati guna mendukung program-program peningkatan kesejahteraan petani. Program tersebut dapat merujuk pada posisi angka It dan Ib. Pada It, salah satu strategi yang populer digunakan adalah konsep nilai tambah. Upaya-upaya untuk dapat menambah nilai produk antara lain melakukan edukasi kepada petani tentang cara-cara meningkatkan nilai jual hasil pertanian, mengajak petani untuk tidak menjual seluruh hasil pertanian kepada tengkulak, mengemas hasil pertanian dengan lebih baik, memanfaatkan teknologi untuk membantu penjualan produk, dan memanfaatkan teknologi untuk membantu proses menghasilkan produk.

Pada Ib khususnya BPPBM, upaya yang bisa dilakukan antara lain; melakukan edukasi pemilihan dan pengelolaan bibit, pupuk, obat dan pakan dengan baik; penyediaan bibit unggul yang murah; penyediaan alat tranportasi yang mudah dan murah; serta edukasi penggunaan peralatan dan pengelolaannya kepada petani. Pada kelompok IKRT yaitu, konsumsi rumah tangga, upaya yang perlu dilakukan antara lain menjaga stabilitas harga dan ketersediaan barang/jasa.

Dalam NTP komponen-komponennya tampak sangat kompleks dan beragam. Untuk dapat menciptakan kesejahteraan banyak yang dapat dilakukan dan perlu adanya skala prioritas. Siapapun bisa mendukung terciptanya peningkatan kesejahteraan petani, seluruh lapisan masyarakat baik individu, kelompok, organisasi maupun pemerintah hendaknya berkolaborasi secara aktif. Cara yang paling mudah antara lain dengan selalu membeli hasil-hasil produk pertanian di lingkungan terdekat kita. Membeli bisa untuk digunakan/dikonsumsi sendiri maupun untuk orang lain atau dijual kembali. Reformasi birokrasi sebagai upaya pemerintah untuk mencapai good governance dan melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar sistem penyelenggaraan pemerintahaan terutama aspek kelembagaan, ketatalaksanaan dan sumber daya aparatur juga sangat mempengaruhi terciptanya kesejahteraan masyarakat.

 

Oleh : Sahunan Qola Jayati, SST
Statistisi Ahli Muda BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button