Politik

Mantan Kuli Sampah Menuju Parlemen Kendari

Dengarkan

KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Strata sosial tak menjadi penghalang bagi Mirkas, mantan pemulung yang kini berjuang untuk rakyat menuju parlemen kota.

Meski berasal dari kelompok masyarakat kecil, namun semangat juang pria tersebut tak kala dengan kandidat Pileg lainnya.

Menurut dia, keterwakilan rakyat seharusnya diberikan kepada figur yang benar-benar paham kondisi yang diwakilinya. Bukan pada orang-orang yang hanya sibuk mengurus diri sendiri dan kelompoknya.

[artikel number=3 tag=”caleg,kulisampah,parlemen,” ]

Olehnya itu, Caleg DPRD kota Kendari Dapil Wuawua-Kadia ini mengimbau masyarakat, agar cerdas dalam memilih wakilnya di parlemen.

Type Caleg yang berambisi memenangkan pertarungan politik dengan cara yang tidak benar seperti money politik, merupakan ciri orang yang hanya sibuk mengurus diri dan kelompoknya. Sebab, mereka berani membeli suara rakyat, untuk memenuhi hasrat dan memuluskan niatan jahat mereka. Bahkan, tak segan-segan untuk menghianati rakyat.

“Seharusnya masyarakat kita bisa cerdas, dengan melakukan evaluasi atas kinerja wakilnya di parlemen. Jadi, mereka yang tidak bekerja untuk rakyat jangan dipilih lagi,” ungkap Mirkas, Kamis (21/2/2019).

Ditanya alasan dirinya memutuskan maju di Pileg 2019, pengurus DPC Granat Kota Kendari ini menyebutkan, bahwa niatannya didasari atas keprihatinannya terhadap ketidakadilan pemerintah dalam merealisasikan kebijakan, khususnya yang berkaitan dengan sarana infrastruktur dasar.

Apalagi, para wakil rakyat justru terkesan tutup mata dan telinga. Pada akhirnya, rakyat yang menjadi korban bualan janji politik mereka.

“Nanti dekat Pileg, baru mereka turun lagi mengemis suara rakyat dengan janji-janji politik. Bahkan terang-terangan melakukan politik uang,” tambahnya.

Terkait profesi memulung yang pernah dilakoninya, ayah dua anak ini bercerita, bahwa rutinitas mengumpulkan barang-barang bekas itu dijalaninya kurang lebih dua tahun (2010-2012).

Awalnya, kata Mirkas, dia hanya menerima pekerjaan paruh waktu yakni membuang sampah rumah tangga warga perumahan atau BTN Tunggala menggunakan kendaraan roda tiga. Sebab, saat itu dirinya juga menjalani rutinitasnya sebagai tukang ojek.

“Saat itu, pak RW BTN Tanggala mencari yang ingin mengoperasikan motor tiga roda untuk membuang sampah rumah tangga warga. Teman-teman pemuda waktu itu tidak ada yang mau, begitu ditawarkan kepada saya, saya langsung terima karena kerjanya tiga kali seminggu dan hanya setengah hari,” beber Caleg PSI nomor urut 8 ini.

Kemudian, lanjutnya, beberapa bulan menjalani pekerjaan tersebut, dia mulai berfikir untuk mengumpulkan barang-barang bekas yang bisa dijual kembali dan tertarik untuk menekuninya, sehingga Ia pun intens mencari sampah plastik dan sejenisnya dari tempat pembuangan sampah sementara yang satu ke tempat lainnya.

Diakuinya, rutinitas tersebut dijalaninya di sore hari hingga pukul 22.00 Wita, lalu dilanjutkan dini hari (waktu subuh) hingga di pagi hari. Aktivitasnya dilanjutkan dengan ojek konvensional.

Reporter: Sunarto
Editor: Dahlan

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button