Opini

Siska dan Suara PAN Kendari di Pileg 2019

Dengarkan

Oleh: Andi Syahrir

PAN adalah partai terbesar di parlemen kota. Mereka menguasai enam dari 35 kursi dan menempatkan kadernya sebagai ketua.

Di Pilwali beberapa waktu lalu, PAN berhasil memenangkan kadernya Adriatma Dwi Putra (ADP) yang berpasangan dengan kader PKS, Sulkarnain Kadir, sebagai Wali kota dan wakil Wali kota. Lalu, kita sama tahu ADP harus berurusan dengan proses hukum.

Pada perkembangannya kemudian, hampir pasti bahwa Sulkarnain akan menggantikan ADP. PAN yang awalnya pemimpin koalisi kini harus ikhlas untuk menerima jabatan wakil wali kota. Dari sinilah tantangan muncul dalam kaitannya dengan Pileg 2019.

PAN sedang menimbang-nimbang siapa kader yang akan didorong untuk mendampingi Sulkarnain. Salah satunya adalah istri ADP, Siska Imran.

Sebelumnya, ada nama lain yang sempat disebut, Asrizal Pratama Putra, yang tak lain adalah kakak kandung ADP, yang kini menjadi pemilik satu dari enam kursi PAN di parlemen kota.

Di luar itu, belum ada nama lain. Termasuk nama Ketua DPRD Kendari Syamsuddin Rahim juga tidak disebut-sebut. Ketua PAN Sultra, Abdurrahman Saleh hanya mengiyakan dua orang terdekat ADP, tapi enggan menyebut nama lain.

Jika melihat konstelasinya, Siska kemungkinan besar yang akan ditunjuk ketimbang Asrizal. Sebab, putra sulung mantan Wali Kota Kendari, Asrun, sedang menjadi caleg DPRD provinsi untuk Dapil Konsel-Bombana.

Pada posisi saat ini, Asrizal tidak dapat lagi mundur sebagai Caleg karena telah masuk tahapan kampanye. Di sisi lain, tidak mungkin seseorang menjabat sebagai pejabat publik sementara dirinya sedang menjadi Caleg.

Jika ada nama lain selain Siska, tentu berasal dari kader yang tidak sedang nyaleg. Dan tentu saja, saat ini kader Parpol terbaik sedang berada di pusaran gelanggang pencalegan. Sehingga kader yang tidak nyaleg pada ajang pemilu harus punya alasan kuat ketika publik menanyakan: kenapa tidak nyaleg?

Jabatan publik yang dikontestasikan melalui ruang politik merupakan representasi kekuatan Parpol. Karenanya, mereka yang menjadi gubernur, bupati, wali kota termasuk para wakilnya, hampir selalu orang nomor satu atau paling tidak sangat berpengaruh di partainya.

Dia akan menjadi simbol partai di ruang publik. Menjadi jualan para kader yang meretas karier politiknya. Menjadi tempat mengadu. Menjadi pengungkit elektabilitas partai. Tempat bertanya strategi pertarungan.

Jika PAN memilih Siska, wanita yang menyandang gelar dokter ini akan mengambil peran itu. Dari dia, strategi pemenangan Pemilu akan diatur.

Jika tidak demikian adanya, jabatan wakil wali kota mubazir bagi PAN. Jika tidak demikian adanya, partai matahari terbit hanya punya mahkota tapi tak punya tahta.

Jika demikian adanya, jabatan wakil wali kota di genggaman tapi kekuasaan di tangan orang lain. Bukankah jabatan adalah amunisi bagi keberlangsungan sebuah Parpol?

Kendatipun demikian, jika PAN memilihnya, Siska bukan orang sembarangan. Ayah, suami, mertua, saudara, dan ipar-iparnya adalah politisi yang memiliki pengaruh di masyarakat.

Bagaimana dengan dia sendiri? Bagi pendatang baru di politik, wajar jika ada keraguan padanya. Tapi sejarah mencatat, beberapa pemimpin perempuan kuat berangkat dari titik nol. Dan bukankah sang suami juga seorang pendatang baru di politik yang berhasil memenangkan suksesi?

PAN akan mencatat sejarahnya sendiri. Menikmatinya bersama rakyat Kendari. Kamu. Kalian. Saya juga.*

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button