OpiniPendidikan

Berbahasa yang Benar

Dengarkan

Oleh: Ray Albar 
Ketika mudik ke tanah air ini, saya mengamati ada yg aneh dari prilaku berbahasa kita, baik itu di ranah resmi maupun pergaulan.
Suatu hari di sebuah coffee shop saya mendengar orang-orang dengan muka melayu seperti saya, bicara keras-keras menggunakan Bahasa Inggris. Itu hak mereka, saya tidak bisa melarang, tapi menurut saya ini merupakan salah satu “trend berbusana baru di negeri kita!”
Menurutku sekarang, Bahasa yang kita gunakan telah berubah menjadi “busana yang kita pakai.”…Nah!! Karena bahasa itu adalah “busana” maka banyak orang merasa bahwa mereka akan lebih dianggap berkelas bila mereka berbicara menggunakan Bahasa Inggris di muka umum!…Apalagi kalau terdengar orang lain, hingga mereka merasa perlu membesarkan volumenya.
Karena trend ini, Bahasa Indonesia telah mengalami diskriminasi. Sebagian kata-kata di dalamnya pun mengalami penyempitan makna ke arah yang lebih buruk (peyoratif).
Contoh adalah kata “coffee shop” tadi, mengapa saya tidak gunakan kata warung kopi saja?…Secara leksikal makna keduanya sama bukan?
Coffee shop dan warung kopi masing-masing telah mengalami penyempitan makna, satu ke arah yang lebih baik (amelioratif) dan satu ke arah yang lebih buruk (peyoratif)…Tempat minum kopi di mal = coffee shop, sementara tempat minum kopi di pinggir jalan = warung kopi, ini sebuah diskriminasi yang sangat jelas dan membuat bahasa kita terlihat buruk.
Mengajarkan anak Bahasa Inggris pada anak usia dini adalah hal yang bagus sebagai antisipasi dari era globalisasi…Namun berbicara dengan anak menggunakan Bahasa Inggris di tempat umum dengan volume yang dikeraskan, menurut hemat saya hanya sebuah “trend busana baru.”…Bisa memalukan lho bila ada orang lain yang lebih mengerti, bisa-bisa kita ditertawakan karena salah kostum?.
Kebiasaan lain adalah memakai istilah asing, kemudian diterjemahkan pada kalimat yang sama? What for? lalu disambung dengan ngomong, Buat apa?, seperti itu contohnya…
Contoh ini semakin memperjelas bahwa Bahasa Inggris yang dipakai hanya sebuah trend busana, karena tidak ada gunanya, toh langsung diterjemahkan pada kalimat yang sama…Contoh lain, “Aku tuh orangnya selalu up to date, nggak mau ketinggalan jaman,” nah kena lagi deh, apa bedanya sih?…Jelas ini hanya trend busana…Mengapa tidak cukup “Aku tuh orangnya selalu up to date,” kalau memang toh mau mencampur bahasa?.
Kata asing diserap ke Bahasa Indonesia dengan dasar salah satunya karena tidak ada padanan yang tepat. Namun seandainya pun terpaksa dipakai, mengapa harus diterjemahkan saat itu juga dalam kalimat yang sama? Jelas ini menunjukkan ketidakberfungsian kata asing tersebut dalam kalimat…Saya ulang “ini hanya trend busana tadi itu.”
Akan lebih baik menurutku jika seseorang menggunakan Bahasa Inggris secara penuh dalam satu kalimat, itu malah jauh lebih bagus, ketimbang menggado-gadokannya dengan bahasa Indonesia.
Contoh lain yang menggelitik: “Terimakasih atas support dan dukungannya?”…hah? Ini orang mengerti tidak sih support dan dukungan itu the same thing, hal yg sama, hahaha, maaf saya bercanda?.
Para Bapak bangsa kita sudah tepat memilih bahasa melayu sebagai akar bahasa kita. Bahasa melayu tidak mengenal strata seperti Bahasa Jawa dimana ada kromo inggil. Bahasa Indonesia yang sudah diperkosa oleh strata, sekarang giliran didiskriminasi lagi oleh bahasa asing.
Berbusanalah yang pantas, mari berbahasa yang pantas juga. Bahasa pergaulan adalah sesuatu yang sah dipakai, saya tidak mengkritisi akhiran ‘in’ pada bahasa pergaulan, saya mengkritisi cara berbahasa, campur aduk yang salah, yang sekedar mengutamakan gaya, laksana trend busana.
Trend baru lagi, untuk terlihat lebih gaul gunakan Bahasa Inggris, untuk terlihat lebih alim gunakan Bahasa Arab…Contoh “Saya sudah di-zolimi“, alah bilang saja, “Gue udah dikerjain”. Mau contoh yang lebih parah “Kita jangan negative thingking, itu suuzon, namanya sudah berburuk sangka”, parah sekali tapi tidak asing di telinga kita…Apa bedanya negative thinking, suuzon dan berburuk sangka??????
Jangan salah sangka, saya bukan menentang penggunaan Bahasa Inggris atau Arab, tapi bebahasalah yang benar. Karena berbusana yang benar belum tentu harus formal kan?
Terimakasih sudah membaca racauan saya.
**

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button