Headline

Dua Oknum Wartawan Bantah Peras Kades

Dengarkan

BUTON TENGAH, DETIKSULTRA.COM – Dua oknum wartawan di Kabupaten Buton Tengah (Buteng) mengaku dijebak oleh Kepala Desa (Kades) Lolibu, Sahrul Asmi. Selain itu, mereka juga tak menerima pernyataan Sahrul di sejumlah media, terkait tuduhan pemerasan dan pengancaman yang dialamatkan kepada mereka.

HS, salah satu oknum wartawan yang dikabarkan melakukan pemerasan, membeberkan kronologis kasus yang menimpanya. Menurut dia, tidak ada pemerasan ataupun pengancaman, justru Kades Lolibu yang selalu menawarkan sejumlah nominal uang, agar persoalan maladministrasi dalam pengangkatan 13 aparat desa Lolibu tidak dipublikasikan.

“Dia sama sekali tdak diperas, hanya pembelaan dirinya saja dan mencari pembenaran,” ucap HS kepada Detiksultra.com, Rabu (15/5/2019).

[artikel number=3 tag=”konsel,kendari”]

Lebih lanjut, dia menjelaskan, dalam setiap percakapan via telepon, Sahrul kerap menggunakan nomor yang berbeda-beda. Dan dia juga selalu meminta tolong kepada kedua oknum wartawan tersebut, agar persoalan maladministrasi tidak dipublikasi ke media.

Permintaan tersebut, kata HS, selalu disertai dengan penawaran sejumlah uang yang bervariasi, mulai dari Rp 5 juta hingga Rp 15 juta. Akan tetapi, hal itu tak disahuti oleh kedua oknum wartawan ini. Seakan tak menyerah, Kades Lolibu terus-terus mendesak baik melalui telepon maupun via SMS.

Bahkan, pertemuan malam itu juga diinisiasi oleh Kades Lolibu, yang mengarahkan lokasi pertemuannya ke tempat sepi. Diungkapkan HS, awalnya mereka bertemu di sekitar tepi pantai, saat kedua oknum wartawan tersebut pamit untuk bergeser, Kades kemudian meminta agar keduanya menunggu dahulu karena dia ingin mengambilkan sesutu di rumahnya.

Selanjutnya, dalam perjalan balik usai pertemuan di tepi pantai tersebut, Kades kembali menelpon dan meminta bertemu, sehingga terjadilah pertemuan di kawasan pertigaan Mastim, yang ternyata sudah didesain sedemikan rupa untuk melakukan penjebakan.

“Saya kan maunya bertemu di tempat ramai, tapi Pak Kades ini selalu menolak dan meminta di tempat sepi. Memang ada skenario besar untuk menjebak kami, dan saya menduga juga turut dibantu dengan kawan-kawan jurnalis yang memberitakan dengan materi berita versi Kades,” bebernya.

Apa yang dilakukan Kades tersebut, lanjutnya, merupakan bagian dari upaya membalikan fakta seakan-akan menjadi korban. Olehnya itu, HS meminta agar bukti-bukti percakapan tersebut dibuka dalam proses hukum.

“Intinya, dua point yang saya tidak terima, yakni tuduhan pemerasan dan pengancaman, karena saya tidak pernah lakukan hal itu. Dia membalikan fakta, seakan-akan menjadi korban padahal dia aktor utamanya.

Reporter: Sunarto
Editor: Rani

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button