Ekobis

Bayam Mahal, Pedagang “Putar Otak”

Dengarkan

KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Dagangan Mardiana, nampak sepi sedari pagi. Jejeran sayurnya menumpuk tak laku. Sayur bayam yang biasanya jadi primadona pembeli dilapaknya juga masih menggunung.

Pedagang sayuran di Jalan Taman Suropati ini, lesuh memikirkan pendapatannya yang sepi sejak beberapa pekan terakhir.

Mardiana mengaku, sepinya pembeli sayuran lantaran meroketnya harga sayur ditingkat petani, pasca banjir melanda wilayah Konawe, Konawe Utara, dan Kolaka Timur.

[artikel number=3 tag=”pasar,sembako”]

Untuk sayur bayam saja, ia terpaksa mengocek modal sampai Rp150 ribu untuk 10 ikat. Padahal biasanya, modal sebesar itu bisa sampai dua bahkan tiga kali lipat dibeli langsung dari petani lokal.

Untuk mengimbangi modal dan penjualannya, Mardiana terpaksa “putar otak” dengan membagi ikatan besar bayam tersebut menjadi tiga bagian. Satu ikat bayam yang telah dibagi itu tetap dijual seharga Rp 5000 per ikat.

“Terpaksa kasian, modal Rp 15 ribu per ikat, jadi kita imbangi saja, bagi tiga, untungnya kecil ji,” ungkap Mardiana Sabtu (22/6/2019).

Untung kecil dari berjualan sayur hanya bisa disyukuri oleh Mardiana, untuk menghidupi kebutuhan ekonomi keluarganya hari-hari, karena keinginannya mencari profesi lain dirasanya sudah tak mungkin ditengah usianya yang tak muda lagi.

“Hanya ini saja pekerjaan ta, biar untungnya kecil,” tambahnya.

Kenaikan harga sayur mayur dari dampak banjir memang cukup dirasakan warga di Kendari khususnya pedagang.

Pasalnya, pasokan penyangga sayuran di sejumlah pasar dalam kota, berasal dari wilayah terdampak banjir.

Mardiana dan pedagang lainnya, hanya tak bisa memastikan kapan harga sayur mayur bakal normal seperti dulu lagi.

Yang pasti, mereka hanya menanti banjir surut, jembatan putus di wilayah bencana kembali normal agar pengiriman hasil bumi juga lancar.

Dahlan

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button