Categories: Muna Barat

Budayawan Sarankan Pemkab Mubar segera Menyusun Sejarah Lengkap Kerajaan Tiworo

Share
Dengarkan

MUNA BARAT, DETIKSULTRA.COMEvent Festival Selat Tiworo yang dirangkaikan dengan Sail to Indonesia menjadi ajang pertunjukan budaya yang ada di Kabupaten Muna Barat (Mubar). Festival ini digelar 2-5 September 2022, di Pelabuhan Tondasi, Kecamatan Tiworo Utara.

Event ini salah satu wujud menjaga kelestarian budaya daerah lokal di masa depan, di mana wisata merupakan sektor penting untuk terus dikembangkan.

Pada pembukaan Festival Selat Tiworo yang digelar Jumat (2/9/2022), pakar Naskah Kuno dan Budayawan Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Prof. La Niampe didaulat sebagai narasumber untuk membahas sejarah dan kebudayaan Tiworo pada masa lampau.

Prof. La Niampe mengaku sejarah dan kebudayaan Tiworo hingga saat ini belum diketahui masyarakat modern.

“Sejarah Tiworo itu masih perawan. Informasinya masih ada di dalam kitab-kitab kuno, arsip-arsip kolonial yang belum terbaca oleh generasi, terutama yang tersimpan di negeri Belanda, di arsip Kesultanan Buton, arsip Makasar, dan arsip Ternate,” ungkap La Niampe.

Ia juga menyebut, sejarah dan budaya Tiworo memiliki daya tarik tersendiri. Jika dilihat dari historis sejarahnya, Tiworo juga memiliki sejarah panjang yang menarik.

“Dahulu Selat Tiworo tercatat pernah mengalami peristiwa yang sangat memilukan pada sekitar 367 tahun yang lalu, yakni VOC menggempur habis daerah itu karena dianggap bersekutu dengan kerajaan Makassar yang merupakan saingan dagang mereka pada saat itu,” terangnya.

Akibat dari pertempuran itu, Kerajaan Tiworo mengalami kehancuran. Sebanyak 200 warga Tiworo, termasuk raja, tewas saat itu. Pertempuran itu juga menhancurkan benteng Tiworo yang dianggap megah dan terindah pada saat itu.

Prof. La Niampe menjelaskan, tak sampai 10 tahun usai pertempuran, masyarakat Tiworo mampu kembali membangun benteng itu hingga berdiri megah seperti sediakala.

Terkait sejarah dan kebudayaan Tiworo, La Niampe merekomendasikan sejumlah poin kepada Pemkab Mubar, yakni menyusun naskah sejarah lengkap daerah Tiworo, diperlukan penyusunan perda tentang pembentukan lembaga adat Tiworo, segera menetapkan Benteng Tiworo dan beberapa benteng lain yang ada di Mubar sebagai cagar budaya. Terakhir memikirkan siapa Raja Tiworo yang menjadi korban pada pertempuran dengan VOC agar diusulkan menjadi Pahlawan Nasional.

Menanggapi hal itu, Pj Bupati Mubar Dr. Bahri turut mengapresiasi dan akan menindaklanjuti rekomendasi tersebut.

“Ini adalah pekerjaan rumah kita bersama, sesegera mungkin kami akan menindaklanjuti harapan dan rekomendasi dari Prof. La Niampe,” ucap Bahri. (bds)

 

Reporter: La Ode Darlan
Editor: J. Saki

Komentar