Tercatat Ada 116 Kasus DBD di Sultra per 9 Januari 2024
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat sudah ada sebanyak 116 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Sultra per 9 Januari 2024.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Sultra dr Muhammad Ridwan mengatakan, tingginya tren kasus DBD di wilayah Sultra terjadi pada bulan Desember hingga Mei.
“Jadi tren kenaikannya sudah terlihat sejak Januari 2024 ini. Kasus tertinggi di Kota Kendari dengan 61 kasus terlapor baik di RS Bahteramas, RS kota maupun fasilitas pelayanan kesehatan yang ada,” katanya, Rabu (10/1/2024).
Lanjutnya, selain Kota Kendari, tren yang mendominasi adalah Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) yaitu 25 kasus, kemudian untuk wilayah lainnya yakni Muna 1 kasus, Konawe 6, Kolaka 7, Bombana 7, Wakatobi 4, Kolaka Utara (Kolut) 1, Buton Utara (Butur) 2, dan Kota Baubau 2 kasus.
Sedangkan untuk wilayah Buton, Konawe Utara, Kolaka Timur, Konawe Kepulauan, Muna Barat, Buton Tengah dan Buton Selatan hingga saat ini belum ada laporan masuk terkait adanya korban DBD.
” Sehingga untuk seluruhnya Sultra itu ada 116 kasus,” ungkap dr Muhammad Ridwan.
Menurutnya, angka per daerah tersebut sifatnya tentatif sehingga kapan saja bisa ada penambahan jumlah kasus.
Olehnya itu semua logistik sebelumnya sudah disebar di seluruh kabupaten kota termasuk mesin fooging untuk mencegah terjadinya kasus DBD lebih meluas.
Ia menjelaskan DBD berkaitan dengan pola hidup bersih dan sehat, sehingga sebelum masuk musim penghujan masyarakat diimbau untuk waspada akan DBD tersebut dengan menjaga lingkungan tempat tinggalnya agar selalu bersih.
“Kami juga mengimbau masyarakat apabila mengalami gejala DBD seperti demam disertai nyeri sendi serta bintik-bintik merah agar segera ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk segera mendapatkan pengobatan,” pungkasnya.
DBD adalah penyakit yang ditularkan oleh gigitan nyamuk bernama Aedes aegypti.
Penyakit ini masih menjadi salah satu isu kesehatan masyarakat di Indonesia, dan tingkat penyebarannya di Indonesia termasuk yang tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara. (bds)
Reporter: Muh Ridwan Kadir
Editor: Biyan