Berakhir Kala Kerinduan Membuncah
KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Masih berpeluang besar menjadi rektor dua periode, tetapi tak tertarik mencalonkan diri. Kepemimpinannya masih dirindukan civitas akademika, namun memilih berakhir satu periode saja.
Adalah Dr. H. Nur Alim, M.Pd, rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari. Ia dilantik sebagai rektor pertama IAIN Kendari periode 2015-2019 berdasarkan SK Menteri Agama nomor B.II/3/01154.1 tanggal 11 Februari 2015.
Sebelumnya, Nur Alim adalah ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kendari dua periode, yakni tahun 2008-2012 dan tahun 2013-2015. Nur Alim menggantikan Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, MA yang menjadi ketua STAIN tahun 2007-2008. Nur Alim adalah ketua terakhir sekaligus rektor pertama.
Di tangannya, STAIN berubah status menjadi IAIN. Di eranya, IAIN maju pesat sebagai perguruan tinggi Islam negeri terbesar di Sulawesi Tenggara. Apa saja capaian prestasi 4 tahun kepemimpinan Nur Alim?
Goresan prestasi Nur Alim dimulai sejak resmi dilantik menjadi rektor 4 Maret 2015 dan berakhir 3 Maret 2019. Rentang waktu tersebut merupakan periode awal setelah berubah status dari STAIN Sultan Qaimuddin Kendari menjadi IAIN Kendari.
“Masa transisi dan penyesuaian ini cukup banyak perubahan di berbagai bidang, khususnya tata kelola dan manajemen, dari sentralistik ke semi otonom pada masing-masing unit yang ada di IAIN Kendari,” urai Nur Alim.
Dalam perjalanan 4 tahun, institut dengan fasilitas kampus modern ini, kini mengelola sebanyak 23 program studi, dengan jumlah mahasiswa kurang lebih 5.000 orang. Diasuh oleh 150 tenaga akademik, yang bergelar doktor 39 orang dan 1 orang guru besar. Juga ditunjang oleh 121 tenaga non akademik tersebar di empat fakultas dan satu program pascasarjana.
Sesuai visinya “Menjadi pusat pengembangan kajian Islam transdisipliner di kawasan Asia tahun 2045”, IAIN Kendari bertekad menghasilkan sarjana yang memahami ilmu-ilmu keislaman secara transdisipliner. Tujuannya, meyediakan akses pendidikan tinggi keagamaan, dan menyiapkan sumber daya manusia yang terdidik dan terampil.
Maka tak heran, hasil yang dicapai bidang akademik dan pengembangan kelembagaan cukup membanggakan. Animo masyarakat terhadap lembaga ini sangat tinggi. Saat ini pendaftaran jalur SPAN sedang berlangsung dengan jumlah pendaftar sementara sampai 27 Februari 2019 pukul 08.30 Wita sebanyak 1.434 orang.
Berdasarkan data yang ada, jumlah mahasiswa baru tahun 2015 sebanyak 699 orang, meningkat setiap tahun. Pada 2018 menjadi 1.314 orang, bertambah 642 orang dibanding tahun 2018 atau naik sebesar 91.85 persen.
Menurut Nur Alim, jumlah mahasiswa meningkat disebabkan, IAIN Kendari semakin populis di masyarakat—kegiatan maupun berbagai prestasinya. Akses masyarakat semakin terbuka untuk lanjut ke pendidikan tinggi. Terbukanya beberapa Prodi baru setelah beralih status. Biaya pendidikan terjangkau. Dan terletak di ibu kota provinsi, serta mudah akses menuju kampus.
Pada Februari 2019, jumlah mahasiswa IAIN Kendari sebanyak 4.340 orang. Sementara jumlah alumni pada Februari 2019 sebanyak 4.827 orang. Data alumni ini rekap sejak berstatus STAIN (1997), belum termasuk alumni tahun sebelumnya (Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin).
Perkembangan Jumlah Mahasiswa Aktif
Inovasi dan akselerasi juga dilakukan pada bidang penjaminan mutu akademik dan akreditasi. IAIN Kendari baru pertama kali melakukan Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) tahun 2015 dengan nilai 261 (C). Pada 2018 telah mengajukan kembali usulan borang reakreditasi institusi, yang telah divisitasi atau asesmen lapangan pada 28 Februari 2019 sampai 2 Maret 2019. Hasilnya, sejak 26 Maret 2019, akreditasi IAIN Kendari kini memperoleh nilai B.
Terobosan kerjasama terbangun dengan banyak pihak. Beberapa kerjasama baru dan perpanjangan dengan beberapa institusi dalam negeri maupun luar negeri, yang terbangun sejak 2015-2019 total berjumlah 35 kerja sama. Tiga dengan luar negeri yakni, Universitas Sultan Zainal Abidin Trenggano, Malaysia (2016), Marmara University Istanbul, Turkey, Faculty of Theology (2016), dan Tohoko University of Japan, Jepang (2017).
“Sejak dilantik dan diberikan amanah sebagai rektor, saya telah berusaha memaksimalkan seluruh potensi dan sumber daya IAIN untuk terus mengejar kemajuan, dan berusaha menciptakan keunggulan di berbagai segi dan bidang. Saya menerapkan model kepemimpinan kolegial, transformatif dan partisipatif,” tandas Nur Alim.
IAIN Kendari juga menuai kemajuan pesat pada bidang penelitian dan penerbitan. LP2M sebagai institusi pelaksana penelitian dan pengabdian masyarakat, telah menghasilkan penelitian sesuai prioritas nasional, menjamin pengembangan penelitian unggulan, meningkatkan mutu penelitian yang relevan bagi masyarakat, meningkatkan karya ilmiah dosen pada jurnal nasional dan internasional, serta meningkatkan perolehan HaKI.
Sepanjang kurun waktu 2015-2019, LP2M mengelola anggaran program penelitian yang bersumber dari DIPA IAIN dan sumber lain total sebesar Rp 7.047.951.000. Hasil penelitian, IAIN Kendari yang usianya kini lebih separuh abad, memegang sebanyak 88 Hak Kekayaan Intelektual (HaKI).
Hasil Penelitian
Sementara itu, berbagai upaya pengembangan dan pemanfaatan teknologi secara maksimal, menghasilkan kenaikan peringkat webometrics IAIN Kendari dari peringkat 801 menjadi peringkat 400 se-Indonesia. Pada awal tahun 2019, webometrics IAIN Kendari kembali naik ke peringkat 130 se-Indonesia, untuk menjadi salah satu perguruan tinggi terbaik di dunia.
Perkembangan Peringkat Webometrics IAIN
Posisi webometrics tersebut sekaligus menempatkan IAIN Kendari pada urutan ke 14 dari seluruh PTKIN se-Indonesia. Capaian tersebut menjadi rintisan penting untuk menjadi perguruan tinggi yang unggul di Indonesia dan mendapat pengakuan (recognisi) internasional.
Berkat progres dan capaian kinerja luar biasa pesat itu, IAIN Kendari mendapat sejumlah apresiasi dan penghargaan. Apresiasi datang dari menteri agama. Selama periode 2015-2019 kampus IAIN Kendari telah dikunjungi oleh Menteri Agama RI, Lukman Hakim Syaifuddin sebanyak 3 kali.
Pertama, peresmian alih status, 7 Maret 2015. Kedua, pembukaan Perkemahan Wirakarya Nasional PTKIN ke-13 dan peresmian gedung kuliah Fakultas Tarbiyah dan Gedung Ma’had Al-jamiah, 16 Mei 2016, dan ketiga, peresmian gedung SBSN 2018 dan peletakan batu pertama pembangunan laboratorium terpadu (SBSN 2019), 18 Februari 2019.
Apresiasi juga datang dari Gubernur Sultra, Nur Alam. Setelah diperjuangkan sekian lama, akhirnya lahan kampus IAIN yang sebelumnya milik Pemprov Sultra, pada 22 Agustus 2016 dihibahkan kepada IAIN setelah mendapat persetujuan DPRD Sultra.
Kepercayaan diberikan kepada IAIN sebagai tuan rumah Perkemahan Wirakarya Nasional PTKIN. Diantara 57 PTKIN se-Indonesia, IAIN Kendari dipercaya menjadi tuan rumah ke XIII.
“IAIN Kendari merupakan salah satu perguruan tinggi keagamaan negeri dengan repository terbaik. Capaian ini dilihat dua tahun terakhir berkat dukungan suasana akademik dan SDM yang semakin bertanggung jawab,” tutur Nur Alim.
Kepercayaan pun diberikan pihak luar negeri, melalui kunjungan dosen tamu dari berbagai negara diantaranya dari Turki, Jepang, Amerika Serikat, Arab Saudi, Thailand, Malaysia, Brunai Darussalam, dll. Hal ini, menurut Nur Alim, memberikan warna dan atmosfer akademik yang tidak dirasakan sebelumnya, sekaligus meningkatkan rasa percaya diri civitas akademika.
IAIN Kendari juga mendapat penghargaan dari Museum Record Indonesia (2016), Harian Kendari Pos (2015), Harian Rakyat Sultra (2015-2016), dan dari panitia SPAN-UM PTKIN (2019). Prestasi lain ialah juara umum III pada Pekan Ilmiah, Olah Raga, dan Seni Religius (Pioner) Indonesia Timur di Makassar (2018).
Capaian ini, bagi Nur Alim diharapkan menjadi barometer dan komparasi bagi kemajuan IAIN di masa mendatang. “IAIN Kendari harus lebih proaktif, kreatif, adaptif, dan responsif terhadap tuntutan perubahan di berbagai sektor kehidupan. Kita dituntut berkontribusi signifikan mencapai tatanan kehidupan maju, sejahtera, utamanya bidang akademik dan moral spiritual keagamaan,” tandas mantan aktifis HMI Cabang Kendari ini.
IAIN Kendari didirikan tahun 1967. Mulanya sebagai Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin Makassar filial/kelas jauh Kendari, yang kemudian pada 1997 berubah menjadi STAIN Kendari. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 145 tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014, STAIN Kendari bertransformasi menjadi IAIN Kendari.
Nyaris Tak Lanjut Sekolah
Nur Alim lahir di Selayar, 4 Mei 1965. Ia menikah dengan rekan kuliahnya, Dr. Hj. Hadi Machmud, M.Pd. Hadi Machmud yang lahir di Pakue, 23 Maret 1965, juga dosen di IAIN Kendari serta mantan anggota Bawaslu Sultra. Pasangan bahagia ini dikaruniai 3 orang anak: Enha Muthiah Firdiyanti, Radiah Zakiyati Alim, dan Fahmi Humam Firsada.
Nur Alim menempuh pendidikan sarjana jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin tahun1989, magister Manajemen Pendidikan pada Universitas Negeri Malang tahun 2000, dan doktor Manajemen Pendidikan pada Universitas Negeri Malang tahun 2004.
Sejumlah kunjungan luar negeri diantaranya mengikuti: Certificate IV in Training and Assesment (Short Cource), Victoria University, Australia tahun 2008, dan Short Course Higher Education Leadership and Manajemen Program, Curtin University Australia, tahun 2010.
Nur Alim menjadi dosen STAIN Kendari sejak 1991. Pernah menjabat dekan Fakultas Agama Islam pada Universitas Muhammadiyah Kendari tahun 2005-2008. Lalu dosen Program Pascasarjana (PPS) Unhalu sejak 2005 dan dosen PPS UIN Alauddin Makassar sejak 2006.
Anak kedua dari lima bersaudara ini, dipercaya sebagai Dewan Pakar Majelis Pertimbangan dan Pengembangan Pendidikan Agama (MP3A) Sultra tahun 2008-2013, penasehat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sultra, dan pengurus Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Sultra.
Sebelum menjadi orang sukses, Nur Alim melewati perjuangan hidup tak mudah. Keterbatasan ekonomi nyaris membuatnya tak lanjut sekolah. “Bila melihat capaian karier saya saat ini, mungkin tidak banyak orang tahu kalau saya berasal dari keluarga susah. Saking susahnya ekonomi keluarga, ayah saya melarang saya lanjut ke SMP dan menganjurkan berkebun saja,” kenang Nur Alim.
Berbekal tekad yang kuat, Nur Alim tetap masuk SMP, dan bisa menyelesaikan sekolahnya. Ia lalu merantau ke Kendari dan melanjutkan ke Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Kendari. Berbekal beasiswa Supersemar, Nur Alim bisa menyelesaikan pendidikan tinggi di Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin. Siapa sangka, anak kampung itu, kini menjadi tokoh pendidikan di Sultra.
M NASIR IDRIS