Metro Kendari

JaDI Sultra Kecewakan Polisi Tangani Aksi Massa

Dengarkan

KENDARI, DETIKSULTRA.COM – Peraturan Kapolri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengendalian massa. Aturan ini lazim jadi Protap dikepolisian dan tidak mengenal ada kondisi khusus yang bisa dijadikan dasar aparat polisi melakukan tindakan represif. Dalam kondisi apapun.

Ketua Presidium JaDI Sultra, Hidayatullah SH mengatakan, Protap justru menegaskan bahwa anggota satuan dalmas dilarang bersikap arogan dan terpancing oleh perilaku massa. Protap juga jelas-jelas melarang anggota satuan dalmas melakukan tindakan kekerasan yang tidak sesuai prosedur.

“Bahkan hal rinci, seperti mengucapkan kata-kata kotor, pelecehan kemanusiaan, atau memaki-maki pengunjuk rasa pun dilarang apalagi memukul dan menyeret bagaikan hewan,” tegasnya, Minggu 27/9/2020.

Hidayatullah menjelaskan, bahwa Komnasham punya wilayah dapat mengusut pelanggaran terhadap kemanusiaan yang menimpa, apabila ada tindakan represif aparat seperti ini. Tentunya Langkah awal Pimpinan Kepolisian menegakkan aturan terhadap aparatnya.

“Saya sangat menyayangkan Protap yang terlihat begitu ketat ternyata hanya macam kertas Kejadian di lapangan seolah-olah menafikkan keberadaan aturan polisi harusnya memiliki kesabaran ekstra. Dilempari atau dicaci-maki seharusnya menjadi menu sehari-hari bagi polisi, khususnya untuk satuan dalmas,” jelasnya.

Ketua Presidium JaDI Sultra Hidayatullah juga mengatakan,penanganan mengatasi unjuk rasa Sedarah oleh mahasiswa dengan cara, aparat over action dan represif itu, sepertinya kondisi Polri masih belum siap untuk bertransformasi menjadi polisi sipil. Polisi sipil yang siap melayani masyarakat dan melepaskan atribut militer mereka.

“Polisi masih lebih takut kepada komando, ketimbang melihat substansi keadilan tuntutan publik. Selain itu, jika berbuat kesalahan terkadang polisi juga tidak mau disalahkan. Bahkan pola-pola otoriter masih terbawa di mental Polri kita,” ungkapnya.

Baginya tindakan kepolisian terhadap aksi demonstrasi mahasiswa dalam solidaritas Sedarah tertembaknya Randy-Yusuf setahun lalu, seperti menghalau asap tapi tidak memadamkan bara apinya. Sebab, semakin aparat bertindak represif, militansi para mahasiswa pasti semakin kuat.

“Saya pernah merasakan semangat itu dan saya yakin rasa dan semangat itu masih sama.
Karena itu, saya sangat kecewa melihat kepolisian tidak mengubah prosedurnya ketika menghadapi pendemo ataupun mahasiswa pada aksi Sedarah itu,”ujarnya.

“Polisi harusnya paham bahwa Mahasiwa semakin ditekan mereka semakin tidak takut, mungkin aparat beralasan bahwa dengan harapan ditindak tegas, di represif maka mereka akan menyerah, saya jamin pasti “TIDAK”. Justru mahasiwa makin berani berekspresi,” Sambungnya.

Lanjut Dayat (Sapaan Hidayutullah), ini soal salah pendekatan karena aparat cenderung tidak paham cara menghadapi mahasiswa yang bergerak begitu karena menuntut keadilan, profesionalisme dan transparansi pengusutan kasus tertembaknya Randy dan Yusuf setahun lal, dimana nyawa mereka melayang diterjang peluru Aparat.

Reporter: Erik
Editor: Via

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button